House of Khilafah
Maka dimulailah lingkaran setan utang luar negeri yang dielu-elukan oleh ideologi pembangunan. Bukan cuma mau bangun prasarana, baru bangun tidur pun para pejabat kita langsung kabur mau ngutang dulu ke kantor perwakilan IMF atau Bank Dunia. Nah, persekutuan antara corporatocracy AS dan cleptocracy (penyakit klepto) yang diderita elite Orde Baru itu berjalan mesra selama puluhan tahun. Rakyat Indonesia bengong saja seperti obat nyamuk yang menemani orang lagi pacaran. Tujuan rahasia pembangunan proyek-proyek infrastruktur itu, keuntungan sebanyak-banyaknya untuk Bechtel, Halliburton, dan sejumlah perusahaan AS. Tujuan rahasia lainnya, memperkaya penguasa dan keluarganya di sini agar loyal kepada jaringan corporatocracy tersebut. Semakin banyak utang yang dipinjamkan ke Indonesia, semakin baik. Selama tiga bulan keliling Indonesia, Perkins menjadi EHM yang andal meskipun kadang kala terganggu hati nuraninya menyaksikan kemiskinan di sini. Berkat pengalaman pertamanya di Indonesia, Perkins berkali-kali dipercaya melakukan tugasnya sebagai ―hit man†di berbagai negara. Secara diam-diam dia menyiapkan buku Confessions yang dia tulis antara lain sebagai ungkapan minta maaf. Setelah peristiwa 11 September 2001 terjadi di New York City (AS), Perkins menjadi salah seorang warga AS yang berani bersikap kontroversial. Dia bilang, tak usah terkejut tragedi tersebut terjadi karena itu salahnya jaringan corporatocracy yang dulu ―bermain api― dengan menjadikan Osama bin Laden sebagai sekutu. Bin Laden didukung jaringan corporatocracy untuk mendongkel rezim di Afganistan yang pro-Uni Soviet. Perkins mengungkapkan pula bagaimana dirinya menyiapkan seorang pelacur kelas tinggi di AS untuk melayani kebutuhan seorang pangeran Arab Saudi sebagai bagian dari tugasnya di MAIN. Anda sebaiknya membaca buku Perkins. Semoga ada penerbit di sini yang mau membeli hak penerbitan sekaligus menerjemahkannya supaya dibaca anak-anak dan cucu-cucu kita. Setelah membaca buku Perkins, hati menggumamkan Siapa Suruh Datang Jakarta, lagu Manado yang tenar di kalangan demonstran. Sapa suruh jual Blok Cepu/Sapa suruh jual Blok Cepu/Sandiri suka sandiri rasa….
Confessions of an Economic Hit Man (Pengakuan seorang Preman Ekonomi) John Perkins Penerbit : Berrett-Koehler Publishers, Inc., San Francisco ISBN : 1-57675-301-8 2004 250 hlm Secara sederhana, judul buku berbahasa Inggris ini bisa diterjemahkan sebagai “Pengakuan seorang Preman Ekonomi― -mungkin terdengar kurang ilmiah, atau kurang mengikuti peristilahan formal ilmu ekonomi. Dalam bahasa Inggris, Economic Hit Man—atau dalam buku ini disingkat menjadi EHM—juga tidak dikenal wacana ekonomi umum. Di sinilah letaknya keunikan buku ini: melalui pengakuannya ini, John Perkins menguak tabir rahasia yang menutupi berbagai rekayasa politik ekonomi serta strategi korporatis yang kini dikenal sebagai globalisasi. Buku ini menceritakan pengalaman penulis sendiri yang pada tahun 1970an dan 1980an bekerja sebagai konsultan ekonomi, khususnya membuat prediksi perekonomian (economic forecaster), pada P.T. MAIN, perusahaan yang bergerak di bidang perlistrikan dan pada tahun 1970an awal (jadi pada awal berdirinya Orde Baru di bawah Soeharto) membuka kerjasama dengan Perusahaan Listrik Negara Indonesia. Perkins sendiri direkrut oleh perusahaan tersebut untuk memulai kariernya sebagai EHM dengan penugasan pertama ke Indonesia untuk membangun sistem perlistrikan baru untuk melayani bidang perindustrian (ringan) yang sedang dirancang. Barangkali isu yang paling penting dalam buku ini ialah bagaimana berbagai proyek pembangunan—dan terutama pembangunan infrastruktur yang saat ini sedang melejit lagi—menjadi sarana untuk menjerat negara-negara yang sedang membangun dalam libatan hutang tanpa ujung, hutang yang menyengsarakan rakyat sambil menambah kekayaan korporasi. Di Amerika, si penulis mengalami kesulitan mencari penerbit. Kalangan penerbit mainstream rata-rata menolak menerbitkan naskahnya. Penerbit yang berminat mengatakan bisa menerbitkan kalau diterbitkan sebagai karya fiksi, bukan sebagai laporan kenyataan, apalagi sebagai pengakuan. Akhirnya, buku ini diterbitkan oleh pers alternatif kecil di San Francisco yang tidak dimiliki korporasi internasional. Keresahan penerbit yang menolaknya dapat dibayangkan dari pembukaan buku ini: “Economic hit men (EHMs—Preman Ekonomi) adalah profesional2 dengan bayaran tinggi yang melakukan penipuan bernilai trilyunan dollar terhadap negara-negara di seantero bumi. Mereka menyalurkan uang dari Bank Dunia (World Bank), U.S. Agency for International Development (USAID-Badan Amerika Serikat untuk Pembangunan Internasional, sebuah badan pemerintah), dan organisasi2 “bantuan― lainnya supaya masuk ke pundi2 korporasi2 besar dan kocek segelintir keluarga kaya yang mengendalikan sumberdaya alam seluruh planit bumi. Alat-alatnya termasuk laporan2 keuangan palsu, pemilihan umum yang direkayasa, uang sogok, sumbangan2 paksa, sex, dan pembunuhan. Mereka memainkan sebuah permainan yang sudah setua imperium, tetapi yang sekarang telah mempunyai dimensi2 baru yang sangat mengerikan dalam masa globalisasi ini. Sudah sepantasnya saya tahu; saya sendiri seorang EHM.― Buku tersebut didedikasikan penulis kepada presiden dari dua negara yang pernah menjadi kliennya: Jaime Roldos, presiden Ecuador, dan Omar Torrijos, presiden Panama, yang keduanya tewas dalam kecelakaan kendaraan. Menurut penulis, kematian mereka bukan kecelakaan; mereka sebenarnya dibunuh karena menentang konspirasi korporasi, pemerintah dan kepala2 bank yang bertujuan mendirikan imperium global. Karena para EHM sendiri tidak berhasil mengubah haluan politik ????????I?????????Q?????????????????????????????
%???????????????????????????-????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????M????????????????????????????????????????????????????)????????????????????A????????)????????????????????????????????((