Galileo Galilei (1564-1642)
Oleh: Mr. Januarius Widyantarto
Guru Agama/Religion di SMA St. Peter dan
St. Peter’ School International.
Kita tentu ingat kisah Galileo Galilei. Ia seorang ilmuwan muda Italia
berbakat. Ia seorang astronom, filsuf, dan fisikawan Italia yang memiliki
peran besar dalam revolusi ilmiah. Reputasi ilmiahnya tersohor. Dengan
teleskopnya, ia menguraikan teori baru tentang jagat raya.
T
eori Heliosentris.
Matahari sebagai
pusat alam semesta.
Jelas pandangan baru
ini sangat revolusioner.
Temuannya membuat
geger. Pihak yang paling
kebakaran jenggot saat itu
adalah Gereja Katolik.
Mengapa? Karena Gereja
sampai saat itu menganut
paham geosentris,
suatu pandangan yang
mengatakan bahwa bumi
sebagai pusat jagat raya.
Bumi tempat manusia
berdiam berhenti di tempat dikelilingi oleh
bulan, matahari, dan bintang-bintang. Paham
geosentris yang dikemukakan Claudius
Ptolemeus tahun 140 SM telah berabad-abad
diyakini kebenarannya oleh Gereja.
Apalagi dalam Kitab Yosua (10:12-13),
64
misalnya, dikatakan bahwa
atas permintaan Yosua
matahari berhenti dan
bulan pun tidak bergerak.
Kutipan ini meyakinkan
dukungannya pada teori
geosentris ini. Karena itu
ketika Galileo Galilei pada
tahun 1610 menerbitkan
buku Siderus Nuntius yang
isinya mendukung teori
Nicolaus Copernicus tentang
heliosentris, matahari
sebagai pusat alam semesta,
jelas bertentangan dengan
pandangan Ptolemeus, yang
didukung oleh Gereja dan
menjadi pandangan Gereja.
Badan Pemeriksa Iman (yang disebut
Inkuisisi), yang bertugas menjaga kebenaran
iman Gereja Katolik, secara tegas menolak
gagasan Galileo Galilei. Selanjutnya Gereja
memberi label Galileo Galilei sebagai seorang