Tempo Edisi Khusus Wiji Thukul, 13 - 19 Mei 2013 | Page 99
-Wiji
an dianggap lebih fleksibel dan tidak terlalu kaku.
Meski belum resmi berdiri, pada
1994 Jaker telah menggelar tiga kegiatan, yakni pertunjukan seni rupa
karya Moelyono di Theater GidagGidig, Solo; pameran di Bendungan
Wonorejo; dan pameran seni rupa
refleksi kehidupan nelayan di Yogyakarta.
Jaker tak hanya beranggotakan
seniman. Selain Moelyono, Semsar, dan Thukul, Jaker beranggotakan Hilmar, Daniel, Yuli, Jati, dan
Linda Christanty. Empat nama ter-
Thukul:
akhir adalah anggota inti Persatuan Rakyat Demokratik, yang di kemudian hari menjadi Partai Rakyat Demokratik. Menurut Linda, salah satu fungsi Jaker adalah menjadikan para seniman pengorganisasi
rakyat yang secara tak resmi menjadi onderbouw PRD.
Semsar, Moelyono, dan Hilmar
bukan anggota PRD, sedangkan
Thukul berada di antara tarik-ulur
itu. Meski begitu, kata Moelyono,
mereka berkomitmen Jaker tak bergerak di bidang politik.
Dalam perjalanan membangun
Jaker, politik Tanah Air sedang bergolak. Sejumlah aktivis PRD berupaya menarik Jaker menjadi organ
partai untuk menarik massa. Menurut Moelyono, hampir semua seniman Yogyakarta menolak Jaker masuk dunia politik.
Pengurus PRD tak patah semangat. Mereka terus bergerilya di kalangan seniman untuk mencari legitimasi membentuk organ kebudayaan partai. Moelyono mengatakan Daniel-lah yang berusaha mempengaruhi para seniman agar bergabung
dengan PRD. ”Di sinilah mereka berhasil mencetok (mencungkil) Thukul
untuk ikut gerakan PRD,” ucapnya.
Puncaknya pada kongres pembentukan PRD, April 1996, di Yogyakarta. Secara sepihak Thukul dan
PRD memasukkan Jaker, yang diketuai Thukul, secara organisasi dan
politik bergabung di bawah PRD.
Sebelum kongres, Moelyono mendapat telegram dari Semsar yang
meminta dia ikut pertemuan Jaker
di Solo, tapi Moelyono tidak bisa.
”Semsar marah karena Jaker akan
dijadikan sayap partai,” ujarnya.
Semsar, Moelyono, dan Hilmar
pun memutuskan tak terlibat lagi
dalam kegiatan Jaker karena tak setuju Jaker bergabung dengan PRD.
Di PRD, akronim Jaker tetap digunakan, tapi berubah menjadi Jaringan
Kerja Kebudayaan Rakyat dan Thukul menjadi koordinatornya.
Moelyono menyayangkan sikap
Thukul. Pencomotan Thukul, kata
dia, hanya akal-akalan PRD membuat ikon seniman dalam sayap politiknya. Thukul adalah pilihan tepat kar