Tempo Edisi Khusus Wiji Thukul, 13 - 19 Mei 2013 | Page 95
-Wiji
Thukul:
semua murid Lawu, Thukul paling
gemar mengkonsumsi mushroom.
”Waktu itu mushroom belum terlarang. Thukul tidak doyan minuman
keras ataupun narkoba, hanya mushroom itu,” Lawu menambahkan.
Kadang, setelah makan mushroom, Thukul mendapat inspirasi membuat puisi. Tapi tak jarang
mushroom bikin masalah. Pernah
suatu ketika, setelah makan mushroom, Thukul mendengarkan radio
yang kebetulan menyiarkan tentang perang Libanon-Israel. Efek
mushroom membuatnya berimajinasi seolah-olah berada di medan
perang. Dia lantas berteriak-teriak ketakutan, berlarian tak keruan,
bersembunyi di kolong tempat tidur, hingga naik ke atap rumah.
biasa menulis puisi pada selembar kertas untuk kemudian ditempel di majalah dinding yang ada di
sanggar atau dibacakan di depan
teman-temannya sambil diiringi
musik. Menurut Lawu, puisi-puisi
awal Thukul adalah puisi kontemplatif tentang dirinya dan lingkungannya. ”Sudah mengandung kritik,
tapi sama sekali tidak politis,” ujarnya. ”Sayangnya, kami tidak punya
dokumen puisi-puisi awal Thukul.”
Ada cerita menarik sejak Thukul
bergabung dengan Jagat. Di teater
itu, dia mulai mengenal mushroom
atawa jamur tlethong. Ini merupakan jamur tahi sapi karena banyak
tumbuh di tempat timbunan kotoran sapi. Anak-anak Jagat biasa mencampur mushroom dalam nasi goreng atau telur dadar, lalu dimakan
ramai-ramai. ”Bagi kami, saat itu
mushroom adalah salah satu ekspresi dari kebebasan,” tutur Lawu. Dari
Dalam
sebuah
pementasan
musik di
Solo, Juli
1991.
-- PUISI telah menjadi bagian dari
setiap tarikan napas Thukul. Selain
ditempel di majalah dinding di Teater Jagat, sebagian puisinya dikirim
ke Radio PTPN Rasitania, Surakarta, untuk diapresiasi dan dibacakan
pada acara Ruang Puisi. Acara yang
disiarkan saban Rabu malam sepanjang satu jam itu diasuh oleh Hanindawan dan Tinuk Rosalia. Keduanya mengasuh acara apresiasi puisi
tersebut pada 1981-1982.
Menurut Hanin, panggilan akrab Hanindawan, bukan hanya puisi karya penyair terkenal yang diulas, puisi para pemula seperti Thukul juga dibahas di acara itu. ”Thukul termasuk anak muda yang paling rajin mengirim puisi ke kami,”
katanya.
Hanin mengenang, sebagai penulis pemula, kualitas puisi-puisi karya Thukul lebih menonjol dibanding anak muda lain. ”Pilihan katanya sudah baik. Kata-katanya sudah cukup bening,” ujarnya. ”Namun memang belum terlalu fokus.
Semisal orang bicara, gaya bic