Tempo Edisi Khusus Wiji Thukul, 13 - 19 Mei 2013 | Page 29

-Wiji Thukul: Pelarian- kah-naskah itu di Belanda. ”Belakangan naskah itu diterbitkan oleh Ford Foundation berjudul Rol, Leng. Yang satu lagi saya lupa namanya,” kata Erkelens. Ternyata pertemuan Bambang, Thukul, dan Erkelens itu disiarkan di Kompas. ”Kompas menulis teater itu akan dipentaskan di Belanda dan disponsori oleh saya,” ujar Erkelens. Kabar itu dia ketahui dari Sekretaris Utama LIPI. ”Katanya, LIPI ditelepon Bakin (Badan Koordinasi Intelijen Negara) dan ditanyai mengenai rencana pementasan teater itu,” ucap Erkelens sambil tertawa. Erkelens baru tahu kemudian bahwa Bambang Widoyo termasuk orang yang diawasi intelijen Indonesia. ”Saya lalu bilang ke Wiji, ‘Kamu jangan sembarangan bawabawa orang ke sini’,” kata Erkelens sambil bercanda. Dia ingat, Thukul lantas menjawab, ”Teman kami yang wartawan Kompas mendengar obrolan kami. Dia bilang itu menarik, jadi ya diberitakan.” Setelah pertemuan itu, Thukul dan Erkelens terus berkontak. Tak jarang pula ia membawa teman-temannya yang perlu bantuan atau ingin memperlihatkan karyanya kepada Erkelens. Jaap Erkelens memang terkenal ramah terhadap siapa pun yang menyodorkan karya tulisnya. Dari Thukul dan teman-temannya, ia mengumpulkan buku, buletin, brosur, atau pamflet yang biasa dibagikan para demonstran saat berunjuk rasa. Buletin karya Thukul yang dikumpulkan Erkelens dan sempat diperlihatkan kepada Tempo misalnya buletin seni dan budaya Ajang, yang diterbitkan Kelompok Tanggap—kelompok pekerja budaya asuhan Thukul di Solo. Redaksi Ajang, yang terbit hanya lima edisi pada 1994-1996, beralamat di Kampung Kalangan 03/ XIV, Kelurahan Jagalan, Surakarta, kampung Thukul. Erkelens mengaku mendapatkan edisi kelima dari Thukul sendiri. ”Yang lain saya dapatkan ketika sedang mengumpulkan bahan pustaka,” dia menambahkan. Semua edisi Ajang ia serahkan ke KITLV. Erke- 1 APRIL 2012 | | 65 65