Tempo Edisi Khusus Wiji Thukul, 13 - 19 Mei 2013 | Page 25
-Wiji
Thukul:
Pelarian-
61
wanya. ”Setelah itu, dia biasanya
menulis, entah catatan entah puisi,” kata Lukman.
Potongan rambutnya tak ada
yang khusus. Dia membiarkan rambutnya yang ikal sedikit tergerai di
leher. ”Tidak gondrong dan juga tidak pendek,” ujar Lukman.
Di luar kepentingannya bersama Lukman, Thukul pernah mengunjungi Winarso, sahabatnya yang
tinggal di Ciledug, Tangerang. Winarso salah satu aktivis Serikat Rakyat Indonesia di Solo, yang menjadi
sayap Partai Rakyat Demokratik.
Seperti Thukul, Winarso menjadi target penangkapan penguasa rezim Orde Baru dan bersembunyi di
Ciledug.
Thukul merupakan kawan baik
Winarso dalam organisasi pergerakan di Solo. Bedanya, Thukul lebih aktif di Jaringan Kerja Kebudayaan Rakyat, yang juga menjadi organisasi sayap PRD. ”Saat bersembunyi, saya tidak bisa berkomuni-
Reruntuhan
bangunan
kontrakan
yang diduga
pernah
ditempati
Wiji Thukul
di kawasan
Karawaci,
Tangerang,
Banten
kasi dengan Thukul,” katanya.
Mereka berdua sempat bertemu
di tempat persembunyian Winarso.
”Kami bertemu selama dua jam,”
ujar Winarso. Mereka dipertemukan oleh para kurir. Kurir Winarso
adalah Herman Hendrawan, aktivis
PRD yang menjadi korban penculikan 1998 dan belum ditemukan hingga sekarang. Herman inilah yang
membantu mempertemukannya
dengan Thukul. ”Termasuk bertugas dengan kurir Wiji Thukul,” kata
Winarso.
Pertemuan di tempat persembunyian di Ciledug itu merupakan
perjumpaan terakhir Winarso dengan Thukul. Setelah itu, dia tidak
pernah lagi bertemu dengan Thukul lagi. Mereka juga tidak pernah
lagi melakukan komunikasi—meski
hanya antarkurir.
Semasa di Tangerang pula Thukul
pernah berkunjung ke klinik kesehatan milik Ribka Tjiptaning, di daerah Mencong, Ciledug. ”Dia pernah
meminta obat-obatan dan vitamin,”
ujar Ribka. Klinik Ribka ketika itu
memang biasa dikunjungi aktivis gerakan prodemokrasi yang membutuhkan bantuan obat-obatan.
Meski tanpa penyamaran, selama
tinggal di Tangerang, Thukul kerap
waspada dan berhati-hati. Toh, dia
pernah ceroboh. Pada awal dia ditempatkan di Tangerang, ada peristiwa pemukulan warga terhadap Lukman, yang disangka pencuri ayam.
Saat itu Lukman pulang tengah malam. Peristiwa pemukulan membuat
kampung heboh, sehingga ketua rukun tetangga setempat meminta keterangan dari pihak-pihak yang terlibat, termasuk Lukman.
Tanpa mempedulikan keadaan,
Thukul mengunjungi Lukman di
rumah ketua RT dan menanyakan
kabarnya. Lukman sempat khawatir dan meminta Thukul segera pergi dari tempat itu karena berbahaya. ”Saya peringatkan, bila saja ada
intel, bisa habis dia,” katanya. ●
1 APRIL 2012 |
| 61