Tempo Edisi Khusus Wiji Thukul, 13 - 19 Mei 2013 | Page 110
1
2
3
110
27 JULI 1996
Massa pendukung ketua umum
versi kongres Partai Demokrasi
Indonesia di Medan, Soerjadi,
dibantu kepolisian dan TNI
mengambil alih secara paksa
kantor pusat PDI di Jalan
Diponegoro 58, Jakarta Pusat.
Kerusuhan meledak. Pemerintah
menuding Partai Rakyat
Demokratik sebagai dalangnya,
sehingga para aktivis PRD diburu,
termasuk Wiji Thukul di Solo.
AWAL AGUSTUS 1996
Thukul memutuskan lari dari
Solo. Awal pelarian itu ditulis
Thukul dalam puisi “Para Jendral
Marah-marah”. Mula-mula ia ke
Wonogiri, lalu ke Yogyakarta (kantor
harian Bernas), Magelang, dan
Salatiga. Pelarian di atas truk itu
ia tulis menjadi puisi “Aku Diburu
Pemerintahku Sendiri”. Di Salatiga,
ia bertemu dengan aktivis hak
asasi manusia, Arief Budiman, yang
menyarankannya menemui Yosep
Stanley Adi Prasetyo, yang juga
aktivis HAM, di Jakarta. Pertemuan
dengan Arief direkam Thukul dalam
puisi “Buat L.Ch & A.B”.
PERTENGAHAN AGUSTUS 1996
Thukul mendatangi adiknya,
Wahyu Susilo, di kantor
Solidaritas Perempuan, Jalan
Dewi Sartika, Jakarta Timur. Ia lalu
disembunyikan di Bojong Gede,
Bogor, kemudian di Kelapa Gading,
Jakarta Timur, dan Bumi Serpong
Damai, Tangerang, selama satudua pekan. Saat itu, ia menulis