GOLKAR, KAUM PROFESIONAL DAN
DEMOKRATISASI PEMBANGUNAN
Wawancara dengan GINANDJAR KARTASASMITA, (Tokoh Senior Golkar)
D
emokrasi ada karena ada middle class. Kalau tidak ada kelas menengah yang kuat seperti Korea
Utara atau Afrika, tidak mungkin ada demokrasi. Middle class itu seperti dokter, pengacara, seniman,
sastrawan, pengusaha, wartawan, adalah kelompok independen yang kehidupannya tidak tergantung
pada pemerintah. Jika kelas menengah kuat, maka demokrasi juga kuat. Memperkuat kelas menengah adalah
proses ke arah demokrasi, itulah yang kita jalankan pada waktu Golkar dipimpin oleh Pak Dharmono.
Bagaimana sejarah Partai Golkar?
Semua kader Partai Golkar mengetahui bahwa Partai
Golkar didirikan pada tahun 1964 sebagai Sekber Golkar.
Waktu itu Indonesia dalam suasana tegang. Ada konflik
yang melibatkan luar negeri, seperti pembeasan Irian Jaya,
dan konfrontasi dengan Malaysia. Ada juga masalah dalam
negeri, seperti partai politik yang menyeret kita ke kelompok
internasional tertentu. Jadi suasananya saat itu rumit. Dalam
suasana itu, kaum profesional berwawasan kebangsaan
yang tidak berafiliasi dengan partai politik mendirikan
organisasi dengan nama Sekretariat Bersama Golongan
Karya. Memang di belakangnya ada eksponen ABRI yang
juga nasionalis, netral dan tidak berafiliasi dengan partai
politik. Dasar Sekber Golkar adalah nasionalisme dan
kekaryaan, serta hanya berhaluan pada Pancasila dan
UUD 1945.
22
Bagaimana peran ABRI dalam Sekber Golkar?
Waktu itu ada kekuatan NASAKOM, akronim dari Nasionalis
(PNI dan partai non-sektarian lain), Agama (NU), dan
Komunis (PKI). ABRI berada di luar itu, dan satu-satunya
institusi yang tidak terikat ideologi di luar Pancasila
dan UUD 1945. ABRI menjadi kekuatan obyektif, yang
kepentingannya adalah kepentingan bangsa, kepentingan
nasional, kepentingan rakyat dan negara. Karena itu
peranan ABRI pada awal pendirian Golkar besar sekali.
Memang hanya di belakang layar. Tiga pendiri Sekber
Golkar; Suhardiman (SOKSI), Mas Isman (KOSGORO),
dan RH Sugandhi (MKGR) adalah perwira-perwira tinggi
ABRI. Para tokoh itu bertekad menyelamatkan bangsa ini,
dengan mengkonsolidasikan golongan kekaryaan. Jangan