diperkenalkan Kartu Tanda Anggota
Golkar (KAG). Hasilnya, pada pemilu
1987 Golkar berhasil menang di
semua daerah. Aceh dan DKI berhasil
dikuningkan. Kemenangan Golkar
mencapai 73,4%.
Namun, hasil kerja keras
Sudharmono yang rajin turun ke
daerah-daerah selama memimpin
tidak berlanjut pada era Wahono yang
terpilih sebagai ketua umum pada
munas keempat di Jakarta, 20-25
Oktober 1988. Meski masih menjadi
mayoritas tunggal, angka kemenangan
Golkar turun 5% menjadi 68,1%.
Pada masa kepemimpinan
Wahono, peranan sipil juga mulai
membesar. Nama-nama dari jalur G
(Golkar) menunjukkan prestasi dan
peran yang makin penting. Setidaknya,
Sarwono Kusumaatmadja, Siswono
Yudhohusodo, Akbar Tanjung adalah
menteri dari kalangan sipil yang makin
berperan dalam kabinet Soeharto.
Peranan sipil mencapai puncak
pada munas kelima di Jakarta, 2025 Oktober 1993. Harmoko terpilih
memimpin beringin yang sebelumnya
selalu dipimpin oleh militer. Dalam
masa
kepemimpinannya,
ia
membentuk lembaga
baru untuk perkaderan
dengan nama Badan
Pengelola Kader Golkar
Pusat (Bapekapus).
Harmoko
juga
mengeluarkan Rencana
Induk Kaderisasi. Untuk
meningkatkan mutu
perkaderan, DPP juga
memperkenalkan diklat
kader lanjutan dan
spesifik. Meniru konsep
Sudharm