Karya Pembangunan.
Namun penyatuan berbagai
ideologi dan platform sangat
menyulitkan Sekber Golkar menjelang
pemilu pertama 1971. Salah satu
kesulitan
adalah
menentukan
lambang. Perdebatan berlangsung
hingga membentuk tiga kelompok,
sebelum pada akhirnya pada 2 Mei
1970 pilihan dijatuhkan pada gambar
pohon beringin.
Sementara
untuk
meraih
kemenangan pada pemilu pertama,
Golkar menggunakan tiga strategi
jalur pemenangan, yakni dengan
pembentukan Bappilu, penggalangan
melalui Korpri dan Kino. Hasilnya
Sekber Golkar mampu meraup
kemenangan hingga 62,7% pada
pemilu 1971.
Setelah kemenangan tersebut
Sekber Golkar melakukan reorganisasi
melalui musyawarah nasional (munas)
kesatu di Surabaya, 4-10 September
1973. Beberapa perubahan penting
menyangkut sistem keanggotaan
diatur ulang. Tidak hanya kelompok/
organisasi tapi juga pribadi bisa
menjadi anggota Sekber Golkar.
Struktur organisasi bersifat
struktural bukan lagi federatif seperti
20
sebelumnya. Munas
juga menghasilkan
Doktrin Karya dan
Kekaryaan yang
disebut
“Karya
Siaga Gatra Praja”
hingga penetapan
panji-panji
Golongan Karya.
Munas kesatu
juga mengangkat
Mayjen
TNI
Amir
Moertono
sebagai ketua umum. Yang tak kalah
penting dalam Munas kesatu adalah
perubahan Sekber Golkar menjadi
Golkar. Struktur organisasi terdiri atas
tingkat pusat, daerah I dan daerah
II. Istilah Kino tidak dipergunakan
kembali dalam organisasi. Ormasormas yang terhimpun dalam Kino
diserahkan kepada Golkar. Keputusan
ini sendiri diambil sebelum munas
pada 17 Juli 1971.
Masih di bawah kepemimpinan
Amir Moertono, proses restrukturisasi
dilanjutkan setelah ia kembali terpilih
pada munas kedua di Bali, 20-25
Oktober 1978. Perubahan penting
dilakukan. Militer aktif tidak boleh
duduk di kepengurusan. Sistem
keanggotaaan juga diperkenalkan.
Situasi politik di masa ini juga
lebih kompleks saat Soeharto
memperkenalkan azas tunggal
Pancasila dan penerapan NKK/
BKK yang membatasi gerak kritis
mahasiswa. Namun, tekanan dan
penolakan terhadap kebijakan
tersebut justru membuat Golkar solid
dan berhasil memenangkan Pemilu
1982 dengan perolehan suara 64,3%,
sementara pada pemilu 1977 62%.
Pamor Golkar makin mencorong.
Di bawah kepemimpinan Sudharmono
yang terpilih pada munas ketiga
di Jakarta, kelembagaan Golkar
makin solid. Sistem perkaderan
juga makin sistematis. Ada dua jenis
kaderisasi yakni kader penggerak
teritorial pedesaaan (karakterdes)
dan kader penggerak fungsional
(karsinal). Pola penataran dan diklat
juga diperkenalkan, selain juga