Suara Golkar edisi Januari 2013 | Page 20

Karya Pembangunan. Namun penyatuan berbagai ideologi dan platform sangat menyulitkan Sekber Golkar menjelang pemilu pertama 1971. Salah satu kesulitan adalah menentukan lambang. Perdebatan berlangsung hingga membentuk tiga kelompok, sebelum pada akhirnya pada 2 Mei 1970 pilihan dijatuhkan pada gambar pohon beringin. Sementara untuk meraih kemenangan pada pemilu pertama, Golkar menggunakan tiga strategi jalur pemenangan, yakni dengan pembentukan Bappilu, penggalangan melalui Korpri dan Kino. Hasilnya Sekber Golkar mampu meraup kemenangan hingga 62,7% pada pemilu 1971. Setelah kemenangan tersebut Sekber Golkar melakukan reorganisasi melalui musyawarah nasional (munas) kesatu di Surabaya, 4-10 September 1973. Beberapa perubahan penting menyangkut sistem keanggotaan diatur ulang. Tidak hanya kelompok/ organisasi tapi juga pribadi bisa menjadi anggota Sekber Golkar. Struktur organisasi bersifat struktural bukan lagi federatif seperti 20 sebelumnya. Munas juga menghasilkan Doktrin Karya dan Kekaryaan yang disebut “Karya Siaga Gatra Praja” hingga penetapan panji-panji Golongan Karya. Munas kesatu juga mengangkat Mayjen TNI Amir Moertono sebagai ketua umum. Yang tak kalah penting dalam Munas kesatu adalah perubahan Sekber Golkar menjadi Golkar. Struktur organisasi terdiri atas tingkat pusat, daerah I dan daerah II. Istilah Kino tidak dipergunakan kembali dalam organisasi. Ormasormas yang terhimpun dalam Kino diserahkan kepada Golkar. Keputusan ini sendiri diambil sebelum munas pada 17 Juli 1971. Masih di bawah kepemimpinan Amir Moertono, proses restrukturisasi dilanjutkan setelah ia kembali terpilih pada munas kedua di Bali, 20-25 Oktober 1978. Perubahan penting dilakukan. Militer aktif tidak boleh duduk di kepengurusan. Sistem keanggotaaan juga diperkenalkan. Situasi politik di masa ini juga lebih kompleks saat Soeharto memperkenalkan azas tunggal Pancasila dan penerapan NKK/ BKK yang membatasi gerak kritis mahasiswa. Namun, tekanan dan penolakan terhadap kebijakan tersebut justru membuat Golkar solid dan berhasil memenangkan Pemilu 1982 dengan perolehan suara 64,3%, sementara pada pemilu 1977 62%. Pamor Golkar makin mencorong. Di bawah kepemimpinan Sudharmono yang terpilih pada munas ketiga di Jakarta, kelembagaan Golkar makin solid. Sistem perkaderan juga makin sistematis. Ada dua jenis kaderisasi yakni kader penggerak teritorial pedesaaan (karakterdes) dan kader penggerak fungsional (karsinal). Pola penataran dan diklat juga diperkenalkan, selain juga