Suara Golkar edisi Januari 2013 | Page 18

betul dengan rakyat, hindari korupsi,” kata Abdul Ghafur, saat ditemui Suara Golkar di Jakarta, Senin (13/01) lalu. “Kader yang korupsi tindaklah. Seperti dalam kasus Gubernur Banten (Ratu Atut Chosiyah), tokoh di DPP cukup baik. Artinya, tidak memihak namun menyerahkan pada hukum. Karena negara kita negara hukum,” tambah Abdul Ghafur. Ihwal Partai Golkar yang kini tidak lagi didukung sepenuhnya oleh militer dan birokrasi sebagaimana di masa Orde Baru, untuk meraih kembali kemenangan dalam pemilu nanti Partai Golkar mesti melibatkan sebanyak mungkin sebanyak mungkin elemen masyarakat, di samping menjamin figur-figur pemimpin yang bersih dan mengakar ke bawah. Harry Tjan Silalahi, peneliti senior Center for Strategic and International Studies (CSIS), Jakarta, menyebutkan kondisi ini sangat tergantung kepada para pemimpin Partai Golkar saat ini. “Sekarang ini bagaimana pemimpin Golkar membina, generasi muda tampil. Bisa mengisi dengan semangat demokratis, berani mengajak unsur bangsa, mengakui pluralisme dan bersih, tidak berbuat vested. Jangan seperti sekarang pimpinan Golkar 18 jadi contoh sebagai koruptor,” kata Harry Tjan, saat ditemui Suara Golkar di Jakarta, Rabu (15/01) lalu. Kesiapan memenangi pemilu bagi Partai Golkar juga berarti menyiapkan rancangan program untuk Indonesia masa depan. Saat ini Partai Golkar sudah menyiapkan Visi Negara Kesejahteraan 2045, sebuah rancangan program jangka panjang yang mirip dengan Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita) dan Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) di masa Orde Baru. Bagi Sarwono Kusumatmadja, mantan petinggi Partai Golkar yang juga punya pengalaman menjadi Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara (PAN) di masa Orde Baru, dengan visi ini Partai Golkar haru memiliki sistem untuk memastikan ia akan menang terus di setiap pemilu. “Jadi, Golkar misalnya ingin punya planning sampai tahun 2045, oke. Bikin saja asal juga dibarengi dengan planning untuk memastikan bahwa Golkar akan terus menang sampai tahun 2045,” kata Sarwono. Menimbang Visi Negara Kesejahteraan 2045 yang disiapkan Partai Golkar, Sarwono malah memberi usulan jika Golkar memenangi pemilu, lebih baik merancang program yang mau tidak mau harus diterima oleh pemimpin atau partai yang menggantikannya kelak. Misalnya, program jaminan sosial untuk seluruh rakyat. “Jadi setiap presiden di Indonesia itu nantinya akan menciptakan produk atau legacy yang diperlukan oleh bangsa ini,” kata Sarwono. Dengan program dan kebijakan yang bisa diteruskan oleh penerusnya maka Partai Golkar menjamin kontinuitas dalam perubahan dan menjadi gudang orang-orang yang punya pengalaman politik. “Sehingga partai-partai lain pun untuk menjalankan mekanisme mereka memerlukan alumni dari Golkar. Kalau gak ada mereka, gak bisa jalan tuh partai,” tambah Sarwono. Apa yang diungkapkan Sarwono bisa adalah sisi lain dari kekuatan Partai Golkar sebagai partai yang punya pengalaman panjang dan mengalam transformasi hingga menjadi seperti sekarang ini. Konsolidasi menjelang pemilu ini kembali akan menjadi batu ujian untuk kekuatan dan kekompakan seluruh elemen Partai Golkar. Kini semua kembali kepada pemimpin Partai Golkar dan kadernya. Apakah konsolidasi ini akan menggembalikan kejayaan Partai Golkar seperti di masa lalu