(PKI). Aspirasi ini ditangkap oleh
Presiden Sukarno yang menganggap
parpol-parpol saat itu tidak berhasil
mewujudkan stabilitas di segala
tataran.
Golongan fungsional di sini adalah
golongan profesi, seperti buruh, tani,
nelayan, cendikiawan karyawan dan
ulama termasuk golongan angkatan
bersenjata. “Sehingga setelah Dekrit
Presiden (5 Juli 1959) itu disusunlah
DPRGR pada tahun 1960-an, lalu
masuklah ABRI dalam Sekber
Golkar. Dengan demikian, mereka
golongan fungsional berlangsung
selama masa demokrasi terpimpin.
Pada tahun 1964 golongan-golongan
fungsional tersebut menyatukan diri
dalam Sekber Golkar, sebagai reaksi
terhadap golongan komunis yang
ingin mendominasi politik Indonesia,”
kata Cosmas.
Setelah peristiwa G-30-S DPR
dibersihkan. Unsur PKI dikeluarkan
dan partainya dibubarkan. Termasuk
organisasi-organisasi yang bernaung
di bawah PKI. Dalam Front Nasional
pengaruh PKI juga dikurangi. Di
saat yang sama, Sekber Golkar
menghimpun seluruh kekuatan nonkiri, disamping partai-partai non-kiri.
“Golkar memiliki ideologi Pancasila.
Karena dulu semua berideologi,
Golkar memilih ideologi kekaryaan.
Ideologi karya pembangunan. Inilah
awalnya dari Golkar yang memiliki
ideologi kekaryaan itu,” kata Harry
Tjan Silalahi, peneliti senior CSIS
kepada Suara Golkar.
Naiknya Soeharto sebagai Presiden
menggantikan
Sukarno
pada
1968 menuntut kekuatan yang
mendukungnya untuk menghadapi
16
pemilu yang menjadi mandat TAP
MPRS 1966. Demi menggalang
dukungan untuk Soeharto, Sekber
Golkar akhirnya mengkonsolidasikan
diri menjadi tujuh kelompok induk
organisasi (Kino), yaitu SOKSI, MKGR,
Kosgoro, Hankam, Cendekiawan,
Karya Pembangunan, Gakari.
“Sekber Golkar diatur sedemikian rupa
agar bisa menjadi kekuatan politik
untuk maju dalam pemilu 1971. Lalu
ada kesepakatan dari ke-7 Kino ini
untuk tidak maju sendiri-sendiri, maka
dibentuklah badan pengendali pemilu.
Dan dibentuk pula satu tanda gambar
beringin yang mencakup seluruh
tanda gambar yang mewakili 7 kino
tersebut,” tambah Cosmas.
“Sekber
Golkar
akhirnya
dikonsolidasikan sebagai kekuatan
pendukung pemerintah, terutama
setelah kemenangan pada 1971.
Konsolidasi terus dilakukan sehingga
Golkar bisa menjadi pemenang hingga
pemilu 1997,” tambah Cosmas, lagi.
(Uraian lengkap tentang sejarah
Golkar, baca “Kisah Beringin di Tiga
Zaman”).
Memperjuangkan Kesejahteraan
Golkar akhirnya menjadi generator
utama Orde Baru hingga masa
Reformasi 1998. Sepanjang 32 tahun
dengan dukungan penuh oleh birokrasi
dan militer, Golkar memperjuangkan
kesejahteraan dengan menitikberatkan
pada pembangunan ekonomi, bukan
demokratisasi. Tak heran jika di saat
itu, “ekonomi jadi panglima. Semasa
Bung Karno di Orde Lama, politik jadi
panglima. Kasarnya, banyak omong
dan usul. Kerja aja. Meningkatkan
ekonomi dulu,” kata Harry Tjan.
“Golkar membawa gagasan-gagasan
baru dalam politik di mana politik yang
dibangun oleh Golkar pada awalawal Orde Baru itu adalah politik yang
berorientasi kepada program-program
yang bermuara kepada upaya untuk
mensejahterahkan kehidupan rakyat
yang pada saat itu kita kenal dengan
program-program
pembangunan.
Bukan
berorientasi
kepada
kepentingan-kepentingan ideologi
sebagaimana yang tergambar dalam
kehidupan politik sebelum Orde Baru,”
tambah Cosmas Batubara.
Tak pelak, Orde Baru dengan
dukungan penuh Golkar mampu
menciptakan stabilitas nasional,
ditambah lagi dengan dukungan
militer (ABRI) yang berhasil menjamin
keamanan. Salah satu bukti kestabilan
itu adalah pertumbuhan ekonomi
Indonesia yang selalu di atas 7%.
Bahkan Indonesia saat itu berhasil
mencapai swasembada pangan.
Menuju Negara Kesejahteraan
Dengan pengalaman panjang selama
masa Orde Baru dan prestasi politik
yang cukup baik di setiap pemilu
setelah Reformasi, tak heran jika
Partai Golkar merasa perlu untuk
mengajukan program untuk lebih
mensejahterakan masyarakat, dengan
pertumbuhan ekonomi yang cukup
baik dan kestabilan politik yang relatif
terjaga. Visi ini tentu saja menuntut
sesuatu yang pasti: kemenangan
Partai Golkar di setiap pemilu. Sebuah
tradisi yang di masa Orde Baru
menjadi prestasi Golkar yang cukup
patut dibanggakan.(rp/gn/td/en/sa)