Suara Golkar edisi Januari 2013 | Page 16

(PKI). Aspirasi ini ditangkap oleh Presiden Sukarno yang menganggap parpol-parpol saat itu tidak berhasil mewujudkan stabilitas di segala tataran. Golongan fungsional di sini adalah golongan profesi, seperti buruh, tani, nelayan, cendikiawan karyawan dan ulama termasuk golongan angkatan bersenjata. “Sehingga setelah Dekrit Presiden (5 Juli 1959) itu disusunlah DPRGR pada tahun 1960-an, lalu masuklah ABRI dalam Sekber Golkar. Dengan demikian, mereka golongan fungsional berlangsung selama masa demokrasi terpimpin. Pada tahun 1964 golongan-golongan fungsional tersebut menyatukan diri dalam Sekber Golkar, sebagai reaksi terhadap golongan komunis yang ingin mendominasi politik Indonesia,” kata Cosmas. Setelah peristiwa G-30-S DPR dibersihkan. Unsur PKI dikeluarkan dan partainya dibubarkan. Termasuk organisasi-organisasi yang bernaung di bawah PKI. Dalam Front Nasional pengaruh PKI juga dikurangi. Di saat yang sama, Sekber Golkar menghimpun seluruh kekuatan nonkiri, disamping partai-partai non-kiri. “Golkar memiliki ideologi Pancasila. Karena dulu semua berideologi, Golkar memilih ideologi kekaryaan. Ideologi karya pembangunan. Inilah awalnya dari Golkar yang memiliki ideologi kekaryaan itu,” kata Harry Tjan Silalahi, peneliti senior CSIS kepada Suara Golkar. Naiknya Soeharto sebagai Presiden menggantikan Sukarno pada 1968 menuntut kekuatan yang mendukungnya untuk menghadapi 16 pemilu yang menjadi mandat TAP MPRS 1966. Demi menggalang dukungan untuk Soeharto, Sekber Golkar akhirnya mengkonsolidasikan diri menjadi tujuh kelompok induk organisasi (Kino), yaitu SOKSI, MKGR, Kosgoro, Hankam, Cendekiawan, Karya Pembangunan, Gakari. “Sekber Golkar diatur sedemikian rupa agar bisa menjadi kekuatan politik untuk maju dalam pemilu 1971. Lalu ada kesepakatan dari ke-7 Kino ini untuk tidak maju sendiri-sendiri, maka dibentuklah badan pengendali pemilu. Dan dibentuk pula satu tanda gambar beringin yang mencakup seluruh tanda gambar yang mewakili 7 kino tersebut,” tambah Cosmas. “Sekber Golkar akhirnya dikonsolidasikan sebagai kekuatan pendukung pemerintah, terutama setelah kemenangan pada 1971. Konsolidasi terus dilakukan sehingga Golkar bisa menjadi pemenang hingga pemilu 1997,” tambah Cosmas, lagi. (Uraian lengkap tentang sejarah Golkar, baca “Kisah Beringin di Tiga Zaman”). Memperjuangkan Kesejahteraan Golkar akhirnya menjadi generator utama Orde Baru hingga masa Reformasi 1998. Sepanjang 32 tahun dengan dukungan penuh oleh birokrasi dan militer, Golkar memperjuangkan kesejahteraan dengan menitikberatkan pada pembangunan ekonomi, bukan demokratisasi. Tak heran jika di saat itu, “ekonomi jadi panglima. Semasa Bung Karno di Orde Lama, politik jadi panglima. Kasarnya, banyak omong dan usul. Kerja aja. Meningkatkan ekonomi dulu,” kata Harry Tjan. “Golkar membawa gagasan-gagasan baru dalam politik di mana politik yang dibangun oleh Golkar pada awalawal Orde Baru itu adalah politik yang berorientasi kepada program-program yang bermuara kepada upaya untuk mensejahterahkan kehidupan rakyat yang pada saat itu kita kenal dengan program-program pembangunan. Bukan berorientasi kepada kepentingan-kepentingan ideologi sebagaimana yang tergambar dalam kehidupan politik sebelum Orde Baru,” tambah Cosmas Batubara. Tak pelak, Orde Baru dengan dukungan penuh Golkar mampu menciptakan stabilitas nasional, ditambah lagi dengan dukungan militer (ABRI) yang berhasil menjamin keamanan. Salah satu bukti kestabilan itu adalah pertumbuhan ekonomi Indonesia yang selalu di atas 7%. Bahkan Indonesia saat itu berhasil mencapai swasembada pangan. Menuju Negara Kesejahteraan Dengan pengalaman panjang selama masa Orde Baru dan prestasi politik yang cukup baik di setiap pemilu setelah Reformasi, tak heran jika Partai Golkar merasa perlu untuk mengajukan program untuk lebih mensejahterakan masyarakat, dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup baik dan kestabilan politik yang relatif terjaga. Visi ini tentu saja menuntut sesuatu yang pasti: kemenangan Partai Golkar di setiap pemilu. Sebuah tradisi yang di masa Orde Baru menjadi prestasi Golkar yang cukup patut dibanggakan.(rp/gn/td/en/sa)