Suara Golkar edisi Januari 2013 | Page 15

victim, korban, ngomong salah, diam saja salah.” Tuntutan perubahan itu juga datang dari sistem politik yang baru. Sebagai konsekuensi UU Partai Politik 1999 Golkar mesti menjadi partai agar bisa ikut pemilu. Maka Golkar pun berubah menjadi Partai Golkar pada Maret 1999. Semboyannya: Golkar Baru Bersatu untuk Maju. Pemilu demokratis pertama di era Reformasi ini diikuti oleh 48 partai yang terbentuk setelah Reformasi, termasuk Golkar. Golkar menduduki peringkat kedua dengan perolehan 22,44% atau 23.741.758 suara, di bawah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) yang meraup 33,74% atau 35.689.073 suara. Sebenarnya, persiapan menjadi partai sudah disiapkan semenjak pertengahan masa Orde Baru. Salah satu upaya waktu itu, sebagaimana diungkapkan Sarwono Kusumaatmadja kepada Suara Golkar, Sabtu (11/01) lalu, adalah menjadikan Golkar sebagai organisasi yang demokratis agar bisa bersaing dengan kekuatan lain dalam sistem multipartai. Mulailah dipilih Sekjen dari kalangan sipil, bukan lagi tentara, dan jabatan itu pertama kali diduduki oleh Sarwono. Sayangnya, upaya ini tidak banyak mengalami perkembangan hingga Golkar benarbenar berubah menjadi Partai Golkar demi menyongsong pemilu 1999. Meski mengalami sejumlah perubahan setelah Reformasi, Partai Golkar di bawah kepemimpinan Akbar tidak menghilangkan platform utama yang selama ini menjadi ciri khas Golkar: Pancasila, UUD 1945, NKRI, Bhinneka Tunggal Ika, dan berorientasi kepada pembangunan. “Itu tetap menjadi tema yang harus diperjuangkan oleh Golkar tetapi pendekatan-pendekatan yang dilakukan oleh Golkar harus menyesuaikan dengan Reformasi. Oleh karena itulah saya mengatakan Golkar dibangun dengan satu paradigma dengan paradigma baru,” kenang Akbar, lagi. Demokratisasi, Konvensi Berjuang dengan format baru di era multipartai, Partai Golkar meski menghadapi kenyataan baru. Partai in tidak didukung oleh militer dan birokrasi sebagaimana terjadi selama 32 tahun masa Orde Baru. “Paradigma baru itu hakikatnya adalah Golkar harus siap menjadi partai yang mandiri. Golkar harus betul-betul menjadi partai yang demokratis, dan sebagai konsekuensi dari demokratisasi itu maka rekrutmen kepemimpinan partai juga harus dilakukan secara demokratis pula,” kata Akbar. Demokratisasi ini sudah mulai dilakukan dalam pemilihan ketua umum. Lainnya adalah bagaimana cara Golkar menjaring calon-calon pemimpin bangsa. Salah satu inovasi yang dilakukan oleh Golkar adalah memunculkan konsep konven ͤ