laporan utama
M
asamasa
s u l i t Didirikan untuk
i t u menandingi kekuatan
sudah
lewat. PKI di masa Orde
Namun, jika perlu Lama, Golkar menjadi
diingat, itulah masa generator utama
ketika
muncul kekuasaan Orde Baru.
tuntutan
keras Reformasi menuntutnya
pembubaran Golkar berubah.
karena dianggap
menjadi bagian tak
terpisahkan
dari
rezim Orde Baru. Bagi petinggi Golkar, tuntutan itu adalah
pukulan telak yang mesti diterima dengan kebesaran hati.
Dengan perjuangan keras akhirnya Golkar bisa selamat
dari krisis mahaberat itu dan tampil kembali di gelanggang
politik Indonesia sebagai pemenang kedua dalam pemilu
1999.
Akbar Tandjung, mantan Ketua Umum DPP Golkar (1998–
2004), masih ingat bagaimana ia dan jajaran Golkar
menghadapi krisis itu. Jabatan resmi Akbar saat itu adalah
Ketua DPR RI, tetapi perhatian utamanya adalah bagaimana
membawa Golkar keluar dari masa sulit dan berjuang keras
agar Golkar kembali meraih kemenangan seperti di masamasa sebelumnya.
“Memimpin Golkar dalam situasi yang amat berat bukan
main tantangan saya pada waktu itu. Namun saya berdoa
pada Tuhan, bismillah, saya bisa lakukan yang terbaik.
Bahkan pada waktu itu pikiran saya, perhatian saya,
untuk bagaimana agar Golkar bisa meraih kemenangan,
walaupun waktu itu saya menjadi ketua DPR,” kata Akbar
kepada Suara Golkar, Kamis (16/01) lalu.
Krisis di sekitar Reformasi itu mau tak mau menuntut Golkar
untuk berubah. Dari dalam tubuh Golkar saat itu muncul
tuntutan musyawarah nasional luar biasa (munaslub). Maka
diadakan munaslub pada Juli 1998 yang menghasilkan
beberapa keputusan penting. Yaitu, tiga jalur keanggotaan
14
Golkar
(ABRI, Birokrasi,
dan Golongan lain) ditiadakan. Posisi
Dewan Pembina juga ditiadakan. Forum
tertinggi kemudian ada di musyawarah nasional (munas)
dan rapat pimpinan (rapim). Sementara pemilihan ketua
umum berlangsung lebih demokratis, setelah sebelumnya
dilakukan dengan sistem formatur dan didominasi oleh
Dewan Pembina. Dalam model pemilihan ketua umum
yang demokratis ini Akbar Tandjung terpilih sebagai Ketua
Umum DPP Partai Golkar, menggantikan Harmoko.
“Apa yang saya lakukan pertama-tama tentu sebagai
pemimpin partai saya mengkonsolidasi partai ini. Saya
kemudian menyampaikan kepada seluruh jajaran partai
bahwa situasi sudah berubah, sekarang era Reformasi.
Kita harus mampu menghadapi perubahan-perubahan ini
supaya kita bisa survive. Apalagi pada waktu itu tekanantekanan pada Partai Golkar itu begitu kuat yang arahnya
supaya membubarkan Golkar,” kenang Akbar.
“Karena Golkar dianggap sebagai pilar utama Orde Baru.
Bahkan secara fisik, yaitu kader-kader partai, kantor-kantor
partai kita dirusak. Nah, itulah situasi yang kita hadapi
dan itulah saya pertama mengkonsolidasi partai,” tambah
Akbar.
Situasi sulit itu juga dilukiskan Rully Chairul Azwar yang
saat itu menjabat sebagai Wakil Sekjen DPP Golkar dan
Sekretaris Fraksi Partai Golkar di MPR. “Saat itu, Golkar
dalam keadaan dikeroyok, menjadi sasaran tembak semua
partai,” kenang Rully. “Kita tidak bisa lawan karena kita