| 100 p. p
Manusia
Manusia itu terpenjara dengan keegoaan yang kian dingin hingga meragut jiwanya sendiri yang akhirnya membawa kesengsaraan dalam hidup yang panjangan. Tragis ya saat mendengar ledakan ketawa duniawi yang suka menunding jari dalam menyelosori alur hidup sehari-hari.
Keegoanmu adalah tunjang kebodohanmu yang sarat terisi nada sinis saat melihat jalan hidupku yang pelik dan aneh walau ia tak menyentuh kehidupmu. Kau bangga dalam kepompong masyarakat yang penuh keegoaan yang sebenarnya membuat jiwamu terhakis dari hari ke hari hingga menjadi parah dan akhirnya mati.
Ya benar aku ini aneh kerana idelogiku dalam melihat kehidupan dari satu sisi yang berbeda tanpa ada nada sinis juga tanpa berteman melodi nafisi. Jadi tanyalah pada diri bagaimana pengakhiran hidup yang engkau inginkan?
Afaf Salleh January 7 2017 Dibawah langgit-Mu
Seni
Simfoni-simfoni indah dari instrumental Near light aku buka sekuat-sekuatnya. Lantas itu aku ambil cat minyak lalu mewarnai permukaan kanvas yang suci ini. Aku tertawa kecil. Kalaulah maruah aku sesuci putih kanvas ini. Akan aku tidak liat menyembah-Nya.
Berus halus dicelupkan ke dalam cat minyak yang bercampurkan darah pekat. Aku tertawa lagi. Beberapa jam aku luangkan dan Ia sempurna. Ini seni yang terulung. Kemudiannya, aku bangun untuk membersihkan tangan yang lekit.
Tinggalnya seni lukisan seorang perempuan bermain harpa dan wanita dengan tona merah yang digelapkan menjadi realistik.“ Darah ibu eksentrik..” Aku bermonolog sambil menghirup darah pekat lebihan untuk minum petang.
Hana Nabiha
22