Pialang edisi 14 oktober 2013 | Page 52

RESEARCH MARKET untuk defisit, yaitu 2 persen dari total APBN, sehingga dalam kacamata mata uang itu berarti pemerintah Indonesia mengalami  kekurangan pembiayaan dolar AS hingga US$20 miliar.  Kesempatan dan kacamata inilah yang menjadi ajang spekulasi bagi para spekulan untuk mencoba menggoyang rupiah sehingga rupiah sempat turun hingga level Rp11.500 untuk tiap dolarnya. Apakah hal ini akan berkelanjutan? Apabila kita pandang lebih lanjut dari pola current account Indonesia maka sejatinya defisit terbesar datang dari impor minyak yang telah diselesaikan melalui kenaikan BBM di akhir Juni 2013. Memang, kenaikan BBM ini tergolong terlambat sehingga defisit sempat membengkak sampai 4 persen anggaran. Meski demikian, kondisi Indonesia masih lebih baik dibandingkan India, Brasil, dan Afrika Selatan yang juga mengalami defisit pada neraca seiring kebijakan subsidi serta anggaran sosial yang berlebihan. Kita berharap melemahnya rupiah akan mengurangi pola konsumsi barangbarang impor yang sudah mulai biasa dilakukan oleh kelas menengah di Indonesia. Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia mengeluarkan kebijakan untuk menaikkan angka BI Rate sebesar 25 basis poin menjadi 7,25 persen dari 7,00 persen.  Besarnya kenaikan telah sesuai dengan ha- PIALANG INDONESIA 52 rapan banyak pihak, terutama dari sisi pemangku kepentingan seperti pemerintah, kalangan perbankan, serta para pengusaha nasional yang berkepentingan untuk nilai tukar yang lebih stabil. Dari pasar modal sendiri keputusan ini disambut cukup baik seiring kemampuan IHSG untuk berada di zona hijau setelah pengumuman BI Rate ditambah dengan masih adanya capital inflow dari dana asing. Pertanyaannya, apakah imbas dari kenaikan BI Rate kali ini? Pertama yang menjadi sorotan Investa adalah kenaikan BI Rate kali ini lebih dilakukan oleh Bank Indonesia untuk menarik kelebihan likuiditas dari masyarakat dan meningkatkan jumlah simpanan masyarakat pada sistem perbankan Indonesia.  Mengapa hal tersebut penting? Alasan yang menjadi sorotan kami adalah relatif tingginya nilai LDR (loan deposit ratio/ rasio utang dibanding simpanan) pada perbankan Indonesia yang saat ini secara rata-rata berada di titik tertinggi, hingga 90 persen. Idealnya, nilai LDR ada di kisaran 75-85 persen agar perbankan tidak kesulitan likuiditas ketika masyarakat membutuhkan. Investa mencatat beberapa bank, khususnya bank kecil, telah menaikkan suku bunga deposito mereka hingga level 7 persen seiring dengan kesempatan untuk meningkatkan dana simpanan di bank mer- EDISI 14 OKTOBER 2013