Pialang edisi 14 oktober 2013 | Page 43

MARKET MARKET MACRO VIEW bruto (PDB). Jumlah ini mengalami peningkatan 69 persen dari kuartal sebelumnya sebesar USD5,8 miliar. Defisit tersebut sekaligus melanjutkan defisit transaksi berjalan selama tujuh kuartal terakhir sejak kuartal IV-2011. Kondisi ini mirip dengan situasi menjelang krisis 1998. Saat itu neraca transaksi berjalan Indonesia mengalami defisit berkepanjangan. Tidak tanggung-tanggung, 17 tahun! Antara 1981-1997. Selama periode tersebut, tahun 1995 dan 1996 mencatatkan defisit terbesar, yakni masing-masing USD6,8 miliar dan USD7,3 miliar. Peningkatan defisit lantaran impor minyak yang meningkat 35 persen dari USD3,4 miliar pada 1990 menjadi USD4,6 miliar pada 1996. Sebaliknya, nilai ekspor minyak justru turun 11 persen dari USD7,6 miliar pada 1990 menjadi USD6,8 miliar di 1996. Pada 1997, neraca transaksi berjalan tercatat mengalami defisit USD5 miliar. Tahun berikutnya tercatat surplus USD4,1 miliar. Meski mengalami defisit neraca transaksi berkepanjangan, pemerintah Orde Baru tetap optimistis dengan kekuatan ekonomi mereka. Ini karena Indonesia masih mengalami surplus minyak yang menjadi sumber utama pendapatan negara. Masih surplusnya neraca perdagangan minyak Indonesia pada saat itu disebabkan pemerintah mampu menjaga stabilitas impor minyak. Ini dilakukan dengan menyesuaikan harga BBM secara berkala dengan tingkat harga minyak mentah internasional. Dengan rezim pemerintahan yang otoriter saat itu tidak ada tantangan berarti bagi pemerintah untuk mengambil kebijakan menaikkan harga BBM. Setiap kali ada gejolak harga minyak internasional dan gejala resesi dunia, pemerintah buru-buru menaikkan harga BBM. Bahkan harga BBM pada pemerintahan Soeharto jauh lebih tinggi dari harga minyak mentah di pasar internasional. Alhasil neraca perdagangan minyak masih mengalami surplus, meskipun nilai ekspor terus menurun. Data Dana Moneter Internasional (IMF) menunjukkan, antara 1981-1990 nilai ekspor minyak Indonesia rata-rata turun 7 persen per tahun. Sebaliknya, nilai impor meningkat rata-rata 4 persen per tahun. Adapun defisit neraca transaksi berjalan naik rata-rata 18 per tahun. PIALANG INDONESIA 43 EDISI 14 OKTOBER 2013