MARKET
MARKET
MACRO VIEW
sisi pada kuartal II-1996
yang ketika itu defisit
USD2,6 miliar atau 4,7
persen terhadap PDB.
Situasi saat ini bahkan
lebih buruk ketimbang
saat terjadi kenaikan
harga minyak dunia dan
krisis ekonomi global
pada 2008. Ketika krisis
1998, neraca transaksi
berjalan masih mengalami surplus yang ditolong oleh pelemahan rupiah yang menaikkan
nilai ekspor.
Defisit neraca transaksi berjalan disebabkan rendahnya neraca
perdagangan nonmigas serta masih tingginya impor minyak. Rendahnya kinerja ekspor akibat Indonesia terlalu bergantung pada
produk komoditas, padahal harganya sedang turun di pasar internasional.
Data Bank Indonesia menunjukkan, surplus perdagangan nonmigas
pada kuartal II-2013 hanya USD1,7 miliar, terendah sejak 2008. Pada
kuartal I, surplus perdagangan nonmigas sebesar USD4,6 miliar.
Penurunan tersebut disebabkan harga komoditas global yang
cenderung turun sehingga menekan ekspor yang tercatat hanya
USD37,8 miliar. Di sisi lain, nilai impor nonmigas Indonesia justru naik
12 persen menjadi USD36,1 miliar. Kenaikan terutama pada kelompok barang konsumsi dan bahan baku, sementara
impor barang modal masih menurun.
Inilah persoalan strukKonsumsi minyak yang tinggi pun berakibat
tural Indonesia saat
pada neraca perdagangan minyak yang mengalaini. Dengan impor yang
mi defisit USD5,3 miliar, turun 17 persen dari kuarlebih tinggi, sementara
nilai tukar rupiah terha- tal sebelumnya sebesar minus USD6,4 miliar. Ini
merupakan problem yang cukup berat karena sedap dolar AS yang mejak 2004 nilai ekspor minyak Indonesia selalu lebih
lemah membuat inflasi
rendah daripada impor, dan jumlahnya terus meninmenguat. Harga-harga
gkat F&?F?V??RF?V???V?6V????????????W'6???7G'V?GW&???F??W6?6B????( ?????r??D??U4???3???TD?4?B??D?$U"#0???