Pialang edisi 14 oktober 2013 | Page 38

MARKET MARKET MACRO VIEW sisi pada kuartal II-1996 yang ketika itu defisit USD2,6 miliar atau 4,7 persen terhadap PDB. Situasi saat ini bahkan lebih buruk ketimbang saat terjadi kenaikan harga minyak dunia dan krisis ekonomi global pada 2008. Ketika krisis 1998, neraca transaksi berjalan masih mengalami surplus yang ditolong oleh pelemahan rupiah yang menaikkan nilai ekspor. Defisit neraca transaksi berjalan disebabkan rendahnya neraca perdagangan nonmigas serta masih tingginya impor minyak. Rendahnya kinerja ekspor akibat Indonesia terlalu bergantung pada produk komoditas, padahal harganya sedang turun di pasar internasional. Data Bank Indonesia menunjukkan, surplus perdagangan nonmigas pada kuartal II-2013 hanya USD1,7 miliar, terendah sejak 2008. Pada kuartal I, surplus perdagangan nonmigas sebesar USD4,6 miliar. Penurunan tersebut disebabkan harga komoditas global yang cenderung turun sehingga menekan ekspor yang tercatat hanya USD37,8 miliar. Di sisi lain, nilai impor nonmigas Indonesia justru naik 12 persen menjadi USD36,1 miliar. Kenaikan terutama pada kelompok barang konsumsi dan bahan baku, sementara impor barang modal masih menurun. Inilah persoalan strukKonsumsi minyak yang tinggi pun berakibat tural Indonesia saat pada neraca perdagangan minyak yang mengalaini. Dengan impor yang mi defisit USD5,3 miliar, turun 17 persen dari kuarlebih tinggi, sementara nilai tukar rupiah terha- tal sebelumnya sebesar minus USD6,4 miliar. Ini merupakan problem yang cukup berat karena sedap dolar AS yang mejak 2004 nilai ekspor minyak Indonesia selalu lebih lemah membuat inflasi rendah daripada impor, dan jumlahnya terus meninmenguat. Harga-harga gkat F&?F?V??RF?V???V?6V????????????W'6???7G'V?GW&???F??W6?6B????( ?????r??D??U4???3???TD?4?B??D?$U"#0???