Pialang edisi 12 agustus 2013 | Página 39

TOP STORY Alfatih Cs untuk mengajar analisis teknikal. Hal itu dengan sendirinya membuat banyak tokoh, analis dan trader hebat saat ini yang secara tidak langsung dan langsung pernah menjadi ‘murid’ Alfatih. Hishmad Al-Amoudi yang pernah memiliki komunitas Wan Al Trading Room, John Vetter pendiri J-Club adalah dua orang tokoh penting dalam komunitas investor saham yang mengaku pernah ‘diajari’ Alfatih analisis teknikal pada masa masa awal mendirikan komunitasnya. Aktivitas mengajar itu ia tekuni hingga sekarang, dan selain pada acara-acara seminar atau workshop, Alfatih tercatat mengajar di IPMI, iBii dan SBM ITB. Alfatih mengatakan kegiatannya mengajar kesana kemari itu didukung oleh manajemen Samuel Sekuritas. Dia mengaku masih banyak rencana-rencana yang ingin diterapkannya untuk turut mengembangkan pasar modal. Secara garis besar rencana-rencana itu adalah edukasi baik investor,  trader, maupun broker, supaya dapat memahami teknikal analisis saham dengan baik. Harapannya, investor lokal dapat bersaing dengan investor asing yang masih mendominasi di bursa dalam negeri. “Saya enggak  mau mereka dipermainkan oleh institusi asing. Supaya seimbang, supaya jangan hanya ikut-ikutan. Karena tools analisa teknikal ini bisa dipakai oleh semua jenis pasar keuangan. Pasar komoditas,  currency, saham, obligasi,” harapnya. Bukan itu saja, ia pun sering merasa geram ketika banyak institusi yang masuk ke pasar modal, tapi pengetahuan akan analisis fundamental maupun teknikal analisisnya tidak cukup. “Banyak institusi yang belum pengalaman di saham,” katanya. Analis Teknikal Indonesia (AATI), dimana Alfatih ikut mengawasinya. Organisasi ini didirikan pada tahun 2000 oleh Alfatih, Mochamad Yusuf, Gideon Lapian dan banyak ‘aktivis’ teknikal lain. Selain AATI, Alfatih pernah tercatat sebagai Sekretaris Jenderal Ikatan Pialang Efek Indonesia (IPEI) pada tahun 2002, dan turut membidangi lahirnya majalah ini (Pialang) tahun itu. Yusuf, kolega Alfatih yang kini menjabat Ketua Umum AATI mengungkapkan pada mulanya analisis teknikal cukup asing di pasar modal Indonesia. “Tapi kemudian pada tahun 1998 mulai banyak yang memakai, meskipun masih oleh ritel, tetapi kemudian perkembangannya semakin baik dimana institusi mulai menerima,” ujar dia dalam pertemuan pakar analis teknikal beberapa waktu lalu. Alfatih mengenang, pada mulanya banyak analis teknikal hijrah dari bursa forex, index atau futures dan pindah ke bursa efek agak ragu untuk menerapkannya. Salah satu alasannya adalah cerita-cerita bahwa pasar saham Indonesia hanya digerakkan oleh bandar. Dalam artikel yang pernah dikirimkan ke majalah ini, Alfatih menulis dirinya dan teman-temannya mulai merintis sosialisasi analisis teknikal dari seminar ke seminar, kepada para  fund manager dan emtien dan analis lain. Proses pelembagaan yang dimulai dengan pelatihan-pelatihan ini dimulai sekitar paruh awal tahun 2000-an, dan semakin melembaga berkat akomodasi lembaga-lembaga pendidikan seperti Bina Insan dan LMKA-PM. Pun, sejumlah komunitas saham seperti J-Club dan Wan Al Trading Room yang termasuk komunitas periode awal di pasar, kerap mengundang PIALANG INDONESIA 39 EDISI 12 AGUSTUS 2013