PARAS - March 2016 Edition electronic trial version | Page 9

Menangkal Kelesuan Dengan Tranformasi Tahap 2 bagian kredit masalah yang akan dilelang.
Langkah ketiga, melakukan restrukturisasi kredit terhadap kreditur yang memenuhi syarat. Keempat, menjalin kerja sama dengan balai lelang agar proses pelelangan( agunan) kredit bermasalah berjalan dengan baik. Kemudian kelima, memperbanyak pameran rumah bekas alias second.
Masalahnya, di tengah upaya perbaikan kualitas kredit yang tengah dilakukan manajemen, ancaman NPL baru terus bermunculan. Karena itu, untuk meredamnya, tingkat suku bunga kredit mau tak mau diupayakan untuk diturunkan. Tapi, langkah ini baru akan berhasil jika upaya efisiensi yang tengah dilakukan perseroan berjalan dengan baik.
Terkait dengan langkah efisiensi yang telah dilakukan perseroan, sejauh ini boleh dibilang berjalan cukup baik. Jika di akhir 2014 rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional( BOPO) masih berada di level 88,97 %, maka tahun lalu sudah turun ke level 84,83 %. Jika rasio BOPO bisa ditekan terus, suku bunga kredit pun dapat dipangkas. Alhasil, penurunan bunga kredit ini dapat membantu para dibitor dalam menghadapi kelesuan ekonomi.
Mengefisienkan mesin uang
Itu sebabnya, majemen terus berikhtiar mencari terbaik agar bisnis BTN menjadi makin efisien. Salah satunya dengan makin serius masuk ke digital banking( Lihat: keuangan hal 18). Transaksi melalui digital banking, selain memangkas waktu, juga bisa mengurangi beban biaya bank.
Seorang direktur bank swasta pernah mengatakan, rasio biaya transaksi melalui teller dengan digital banking sekitar 2,5 banding satu. Ilustrasi sederhananya, apabila transaksi melalui teller membuat bank harus mengeluarkan biaya sekitar Rp 1.500, maka lewat digital banking cukup Rp 600. Jadi, bisa dibayangkan betapa besar penghematan yang bisa dilakukan BTN dengan masuk ke digital banking.
Sisi positif lainnya, nasabah juga tidak dibebani biaya transaksi mahal, sementara BTN bisa menggenjot pendapatan non bunga( fee based income). Maryono yakin, dengan digital banking, tahun ini fee based income perseroan akan tumbuh 20 %- 30 %. Jangan dilupakan, dengan digital banking, BTN juga bisa menekan biaya ekspansi. Jika transaksinya bisa melibatkan banyak nasabah, penetrasi cabang dan penambahan pegawai juga ikut berkurang.“ Di situ penghematan bisa dilakukan,” ujarnya.
Tak hanya lewat digital banking, langkah efisiensi juga dilakukan dengan menekan biaya dana. Tahun ini, BTN akan mengoptimalisasi penghimpunan dana murah, terutama lewat produk tabungan( lihat: Keuangan hal 20). Perseroan juga akan masuk ke wholesale funding dan melakukan aliansi dengan BUMN. Alasannya, masih banyak BUMN dan lembaga dana pensiun yang belum digarap secara optimal oleh BTN. Dengan strategi ini, manajemen menargetkan pertumbuhan DPK sebesar 12 %.
Pendek kata, semua unsur yang memiliki peluang untuk dikembangkan demi kemajuan perseroan, akan menjadi prioritas dalam pengembangan BTN di 2016. Termasuk pengembangan unit usaha syariah( UUS) BTN yang pada 2015 mampu menyumbangkan keuntungan Rp 260,33 miliar atau tumbuh 28,79 % dibanding periode yang sama 2014.“ Selama potensinya ada, kami akan terus dorong untuk menjadi bagian pengembangan bisnis BTN,” ujar Maryono.
Pertanyaannya, seberapa besar peluang untuk mencapai target-target tadi? Tentu tergantung dari banyak faktor, baik yang bersifat politik maupun ekonomi. Di bidang politik, misalnya, tergantung seberapa besar dukungan stake holder terhadap program satu juga rumah yang telah berjalan hampir satu tahun. Di bidang ekonomi, tentu tak bisa dilepaskan dari kebijakan pemerintah, BI dan OJK di tahun 2016.
Dan, yang lebih penting lagi, keberhasilan dalam mencapai target-target tadi sangat ditentukan oleh keseriusan serta kerja keras seluruh pegawai BTN dalam melaksanakan road map transformasi yang telah disusun. Jika hal ini bisa diwujudkan, insyaallah kinerja BTN akan lebih bagus. •

Menunggu Restu Dari OJK

Ketika Maryono ditunjuk menjadi nahkoda BTN, akhir 2012, kondisi bank yang fokus pada sektor perumahan ini tengah dililit masalah kredit macet( NPL). Beruntung, manajemen baru mampu membawa BTN ke luar dari persoalan besat tersebut. Perlahan tapi pasti, bank BUMN ini bisa mengembangkan usahanya dengan lancar. Tahun 2015 yang lalu, bank ini mampu membukukan kenaikan laba sebesar 61,75 %.
Tak hanya sehat, BTN juga benar-benar menjadi bank yang agresif. Untuk mendukung program satu juta rumah, BTN akan menggandeng Housing Development Finance Center( HDFC) India dan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dalam pendirian perusahaan pembiayaan.“ HDFC memiliki pengalaman sebagai lembaga pembiayaan perumahan terbaik di dunia,” ujar Maryono.
Selain itu, BTN juga berencana mendirikan perusahaan asuransi jiwa. Di bisnis ini, BTN akan menggandeng PT Asuransi Jasa Indonesia( Jasindo). Menurut Sahala L Tobing, Direktur Jasindo, di usaha patungan ini BTN dan Jasindo.“ Setelah kami hitung-hitung, modal awalnya sekitar Rp 150 miliar,” ujarnya.
Jika menyimak tipikal BTN yang fokus pada kredit perumahan, keberadaan perusahaan asuransi jiwa memang cukup strategis dan menguntungkan. Hal itu telah dibuktikan oleh Bank BNI. Untuk memproteksi debitornya, bank ini menggandeng BNI Life. Sedangkan Bank Mandiri memanfaatkan jasa Mandiri AXA General Insurance. Sementara itu BRI bekerjasama dengan Bringin Life.
Selama ini BTN lebih banyak memanfaatkan jasa perusahaan asuransi swasta untuk memproteksi para debitornya. Padahal, sejak 1976 hingga 2015, bank ini telah menyalurkan KPR Rp 170 triliun kepada lebih dari 4 juta nasabah. Karena itu, masuknya BTN ke bisnis asuransi dinilai positif oleh banyak kalangan. Paling tidak, bisnis baru ini kelak bisa menambah pendapatan BTN.
Jadi, kapan kedua anak usaha ini akan beroperasi?“ Kami berharap restu dari OJK ke luar di kuartal I,” ujarnya. •
Paras
EDISI MARET 2016
9