PARAS - March 2016 Edition electronic trial version | Page 32

darikami

Kebutuhan Pengakuan

Bukan Alasan Resign

Oleh: Pratomo Harimawan Bank BTN Cabang Karawaci
Pensiun dini( resign) adalah bahasa lain dari pengunduran diri seseorang dari tempat bekerja sebelum masa kerja berakhir normal seperti pensiun. Meskipun pada dasarnya sama, istilah pensiun dini lebih sering digunakan untuk pensiun yang bersifat sukarela. Hal ini untuk membedakan dengan istilah Pemutusan Hubungan Kerja( PHK). PHK lebih banyak dipakai untuk kondisi terpaksa. Kondisi pensiun dini terjadi bisa karena penawaran secara terbuka dari perusahaan dengan tawaran pesangon yang menarik atau pegawai sendiri yang secara sukarela mengajukan pengunduran diri karena alasan tertentu.
Sering kita lihat, karyawan memutuskan mengajukan pensiun dini hanya karena mempertimbangkan besarnya pesangon atau manfaat pensiun. Beberapa karyawan yang lain beralasan mengajukan pensiun dini karena karir yang mentok, organisasi perusahaan yang tidak bisa menampung lagi atas pertumbuhan kompetensi pegawainya. Ada juga seseorang mengajukan pengunduran diri dari bekerja karena alasan yang remehtemeh, seperti bosan bekerja, anak tidak ada yang mengasuh sampai ditolak pacar sesama karyawan.
Dari berbagai alasan seseorang mengajukan pensiun dini, ada satu alasan pengunduran diri yang sebenarnya kurang tepat yaitu alasan ketiadaan pengakuan diri atas eksistensi pegawai di perusahaan. Sering kita dengar seseorang mengajukan pengunduran diri karena merasa tidak ada perhatian perusahaan, atasan maupun lingkungan. Meskipun kita memahami bahwa perhatian atas kinerja seseorang karyawan sehingga kebutuhan akan pengakuan diri adalah penting, tapi perlu dipikirkan lagi bahwa di tempat baru justru semakin tidak ada pengakuan atas eksistensi diri.
BUKAN ALASAN VERBAL
Seorang teman penulis bercerita bahwa awalnya dia karyawan di sebuah BUMN besar. Dengan penuh pengabdian dia memberikan kemampuan terbaiknya buat perusahaan. Dengan alasan dia tidak masuk rekruitmen dari jalur karir atau sering disebut Management Trainee, dia merasa karirnya telah habis atau mentok. Sebagian anak buahnya justru menjadi atasannya, sementara dia merasa kemampuannya jauh lebih unggul.
Dalam kondisi seperti ini dia merasa perusahaan melupakan kemampuan dirinya. Bukan saja sekadar perbedaan gaji yang semakin jauh, eksistensi dirinya pun merasa semakin tidak diakui. Satu hal yang perlu diingat, selama bekerja dia telah bekerja di berbagai unit kerja, hampir seluruh pekerjaan dia bisa lakukan. Dari pengalaman kerja yang beragam inilah dia memiliki banyak teman di luar. Teman di luar inilah yang menurut dia justru banyak memberikan perhatian. Pengakuan dirinya justru diperoleh dari orang-orang di luar organisasi.
Tapi benarkan teman-teman di luar ini memberikan pengakuan diri kepadanya? Tuluskah mereka? Apakah pernah berpikir bahwa pengakuan dan penghargaan dari mereka hanya sekadar basa-basi?
Perlu dipahami bahwa banyak pengakuan dari luar bukan semata-mata pada
32 Paras
EDISI MARET 2016