pasarmodal
Tak Semua Properti Lesu Darah
Keraguan terhadap bisnis properti masih menggelayuti benak para investor. Tapi, perumahan yang diperuntukkan bagi segmen menengah bawah diyakini tetap akan laris manis.
Pro kontra tentang bisnis properti tahun ini, memang, cukup membingungkan. Ada kalangan yang menyebutkan, sektor ini masih akan melemah, dan baru akan menggeliat pada semester ke dua. Tapi, tak sedikit yang optimistis, dengan mengatakan bahwa yang masih akan lesu hanyalah segmen kelas menengah ke atas. Sementara untuk segmen menengah ke bawah relatif stabil.
Para Ahli memprediksi di Tahun 2016 pasar properti akan lebih baik daripada tahun 2015. Hal ini dikarenakan dukungan oleh beberapa regulasi Pemerintah, seperti peraturan baru LTV( loan to value).
Pada peraturan tersebut, batasan maksimum LTV sebesar 80 persen akan ditetapkan pada transaksi kredit properti pertama, sedangkan batasan maksimum LTV sebesar 70 persen dan 60 persen masing-masing akan ditetapkan pada transaksi kredit properti kedua dan ketiga.
Di sisi lain, tingkat pertumbuhan permintaan tahunan diharapkan dapat mencapai 3,6 persen di akhir 2015 dan secara moderat meningkat menjadi 3,9 persen di 2016. Sementara, tingkat pertumbuhan pasokan tahunan diharapkan dapat meningkat sebesar 3,9 persen pada akhir 2015 dan menjadi 4,1 persen pada 2016, dimana mayoritas pasokan berasal dari segmen menengah ke bawah dan menengah.
Diperkirakan rata-rata harga tanah di Jabodetabek dapat meningkat menjadi Rp9,7 juta per meter persegi pada akhir 2015( meningkat 16,7 persen YoY), dan diproyeksikan dapat mencapai Rp11,7 juta per meter persegi di 2016( meningkat 20,7 persen YoY).
Rencana pengembangan infrastruktur secara masif yang dilakukan Pemerintah, seperti tol dan LRT, menjadi salah satu faktor yang meningkatkan harga tanah secara signifikan.“ Saya optimistis di tahun 2016 yang tinggal menghitung hari ini, kondisi pasar properti Indonesia akan jauh lebih baik. Jika ada perlambatan properti itu wajar, karena merupakan sebuah siklus alami. Nah, yang tidak benar adalah fakta yang mengungkapkan bahwa pasar properti tengah berada di titik crash,” kata Ali Tranghanda, CEO Indonesia Property Watch.
Sementara itu, untuk emiten kelas menengah ke atas sangat terpengaruh oleh pelambatan ekonomi. Sebab, konsumen menengah ke atas( apartemen), lebih banyak menggunakan pendanaan internal daripada perbankan.
Perusahaan properti yang beruntung
Contoh perusahaan properti yang sangat tergantung pada bisnis bank, terutama Kredit Kepemilikan Rumah( KPR), adalah yang segmennya untuk kelas menengah bawah. Seperti PT Bumi Serpong Damai dan PT Ciputra Development. Dua emiten ini sangat tergantung
16 Paras
EDISI MARET 2016