PARAS - March 2016 Edition electronic trial version | Page 16

pasarmodal

Tak Semua Properti Lesu Darah

Keraguan terhadap bisnis properti masih menggelayuti benak para investor . Tapi , perumahan yang diperuntukkan bagi segmen menengah bawah diyakini tetap akan laris manis .

Pro kontra tentang bisnis properti tahun ini , memang , cukup membingungkan . Ada kalangan yang menyebutkan , sektor ini masih akan melemah , dan baru akan menggeliat pada semester ke dua . Tapi , tak sedikit yang optimistis , dengan mengatakan bahwa yang masih akan lesu hanyalah segmen kelas menengah ke atas . Sementara untuk segmen menengah ke bawah relatif stabil .

Para Ahli memprediksi di Tahun 2016 pasar properti akan lebih baik daripada tahun 2015 . Hal ini dikarenakan dukungan oleh beberapa regulasi Pemerintah , seperti peraturan baru LTV ( loan to value ).
Pada peraturan tersebut , batasan maksimum LTV sebesar 80 persen akan ditetapkan pada transaksi kredit properti pertama , sedangkan batasan maksimum LTV sebesar 70 persen dan 60 persen masing-masing akan ditetapkan pada transaksi kredit properti kedua dan ketiga .
Di sisi lain , tingkat pertumbuhan permintaan tahunan diharapkan dapat mencapai 3,6 persen di akhir 2015 dan secara moderat meningkat menjadi 3,9 persen di 2016 . Sementara , tingkat pertumbuhan pasokan tahunan diharapkan dapat meningkat sebesar 3,9 persen pada akhir 2015 dan menjadi 4,1 persen pada 2016 , dimana mayoritas pasokan berasal dari segmen menengah ke bawah dan menengah .
Diperkirakan rata-rata harga tanah di Jabodetabek dapat meningkat menjadi Rp9,7 juta per meter persegi pada akhir 2015 ( meningkat 16,7 persen YoY ), dan diproyeksikan dapat mencapai Rp11,7 juta per meter persegi di 2016 ( meningkat 20,7 persen YoY ).
Rencana pengembangan infrastruktur secara masif yang dilakukan Pemerintah , seperti tol dan LRT , menjadi salah satu faktor yang meningkatkan harga tanah secara signifikan . “ Saya optimistis di tahun 2016 yang tinggal menghitung hari ini , kondisi pasar properti Indonesia akan jauh lebih baik . Jika ada perlambatan properti itu wajar , karena merupakan sebuah siklus alami . Nah , yang tidak benar adalah fakta yang mengungkapkan bahwa pasar properti tengah berada di titik crash ,” kata Ali Tranghanda , CEO Indonesia Property Watch .
Sementara itu , untuk emiten kelas menengah ke atas sangat terpengaruh oleh pelambatan ekonomi . Sebab , konsumen menengah ke atas ( apartemen ), lebih banyak menggunakan pendanaan internal daripada perbankan .
Perusahaan properti yang beruntung
Contoh perusahaan properti yang sangat tergantung pada bisnis bank , terutama Kredit Kepemilikan Rumah ( KPR ), adalah yang segmennya untuk kelas menengah bawah . Seperti PT Bumi Serpong Damai dan PT Ciputra Development . Dua emiten ini sangat tergantung
16 Paras
EDISI MARET 2016