resepsionis. Ya, ini memang sudah
siang karena waktu yang harus
dihabiskan Avery dari apartemen-
nya ke gedung tersebut adalah 3
jam karena macet.
“Umm.., saya Avery McKenzie
Rolland yang telah melamar
pekerjaan di sini beberapa hari
yang lalu. Hari ini saya datang
untuk melakukan wawancara,”
jawab Avery dengan sopan.
Resepsionis tersebut tampak me-
lihat komputernya lalu berkata,
“Mari saya antar.”
Matahari telah berganti menjad i
bulan. Disinilah Avery sekarang.
Kembali di apartemennya. Ia
menghela napas dengan lega.
Senyuman indah tak luput darinya
sejak siang tadi. Mengapa? Ia
diterima di perusahaan tersebut
sebagai seorang sekretaris.
Namun, ada perasaan khawatir
di hatinya. Ia khawatir apabila
sang pemilik perusahaan tidak
suka akan hasil kerjanya nanti,
ia khawatir apabila sang pemilik
perusahaan bersifat pemarah, dan
ia khawatir ia tak akan bertemu
lelaki yang ia cari sejak 11 tahun
yang lalu. Dengan perasaan kha-
watirnya itu, ia terlelap di atas
tempat tidurnya.
Matahari telah menyinari kota
London. Jam telah berdentang,
menandakan sekarang adalah
pukul 9 pagi. Dengan langkah
tergesa, Avery berjalan menyusuri
koridor tempat kerjanya. Ia mengetuk
sebuah pintu mewah yang mana
adalah ruangan bosnya. Ia masuk
perlahan.
“Anda terlambat 7 detik,” suara
berat seseorang menyambutnya.
Lelaki tersebut berdiri di dekat
jendela, melihat suasana kota
London.
Avery menunduk, “Ma-maaf. Tadi
saya terkena macet. Saya tidak
akan mengulanginya lagi, pak.”
Lelaki itu berbalik, “Macet ? Anda
tidak akan terkena macet bila
anda tidak telat untuk bangun.
Sekarang siapkan berkas-berkas
karena 20 menit lagi kita akan
ada pertemuan dengan perusahaan
lain.”
Avery melihat wajah lelaki
tersebut. Ia mematung seketika.
Ia melihat bola mata bosnya itu
dalam-dalam. Dengan mata tersebut,
ia menjadi ingat akan lelaki yang
menolongnya 11 tahun lalu di
Beverly Hills. “Harry ?” Entah
mengapa nama itu muncul dari
mulutnya.
Lelaki itu menengok ke arah Avery
dan menatapnya sesaat, “Apa
yang kau katakan? Aku ini bosmu.
Cepat kau siapkan berkas-berkas
yang dibutuhkan !”
Notre Dame | Januari-Maret 2017
41