ND Magazine 17 NDMag-17 | Page 29

nerima Angpou rohani berupa Sabda Yesus dari ayat pilihan dari Injil dan motto hidup Pendiri dan Ibu Rohani Suster Notre Dame. Beberapa hari kemudian menjadi lomba spontan dan berhadiah hiburan bagi siswa yang mengingat isi angpou rohani yang mereka terima ketika merayakan Imlek bersama. Menurut tradisi Tionghoa, Angpou yang berupa amplop merah, kecuali Malaysia untuk amplop angpou ber- warna Hijau, angpou yang diberikan oleh orangtua yang sudah menikah kepada anak-anak yang belum me- nikah, dengan tujuan orangtua berbagi berkat dan semoga berkat yang diberikan semakin mendatangkan berkat berlimpah bagi keluarga dari tahun ke tahun. Maka amplop merah untuk angpou pada umumnya ber- tuliskan “Berkah” “福“ yang berarti unsur makna dari karakter huruf Tionghoa: “Berkat” merupakan pemberian rejeki dari Tuhan yang berlimpah ruah. Pemberian angpou dilakukan mulai malam menjelang Tahun Baru Imlek dalam makan ber- sama keluarga besar satu marga seluruh keturunan anak cucu mereka. Ada beberapa suku Tionghoa memberi angpou pada anak mereka pada pagi hari tepat Hari Raya Imlek, lalu pemberian angpou pada anak keluarga saudara lain yang datang hingga Cap Go Meh, 15 hari setelah Imlek pertama. Imlek dimeriahkan dengan Barongsai. Tujuan barongsai Banner hasil karya kelas IX untuk mengusir roh jahat. Tentu saja Angpou diberikan pada anak-anak bila mereka datang dan memberi salam hormat Imlek: “Kiong Hi” 恭 喜 ada yang lanjut mengucapkan “Xin Nian Kuai Le 新年快乐” Kini salam Imlek bergeser ucapan salam Imlek lebih popular dengan ucapan salam hormat “Gong Xi Fat Cai 恭 喜发财” dengan sikap tangan dilipat “Bai-Bai” 拜拜 yang dalam tradisi Tionghoa dibedakan antara laki dan perempuan. Jika “Gong Xi” bila yang melakukannya anak laki-laki maka lipat tangan yang kiri diletakan dibagian luar dan lipatan jari tangan kanan disembunyikan dibagian dalamnya, yang berarti salam itu ungkapan tanda suasana “sukacita.” Bila lipat tangan kanan pada posisi dibagian luar, itu artinya ungkapan salam anak laki-laki sebagai tanda suasana per- nyataan diri dalam “kesusahan/minta ampun” pada orangtua. Sedangkan untuk posisi sikap tangan bagi perempuan dilakukan sebaliknya dan punya arti sebaliknya juga. Kini tradisi salam Imlek bergeser paham dalam hal tata cara melipat tangan kanan diatas dan jari tangan kiri disembunyikan didalamnya sambil mengucapkan salam hormat “Gong Xi Fa Cai” mengungkapkan rasa sukacita Imlek. Tata cara itu ber- laku bagi laki-laki dan perempuan. Demikian juga, salam hormat dalam suasana orang berduka dilakukan dengan posisi lipatan tangan secara sebaliknya (Leony I ). Budaya Tionghoa dalam persiapan menyambut Imlek memiliki warisan tradisi dari generasi ke generasi yang harus dilakukan oleh keluarga Tionghoa hingga saat ini. Namun nampaknya tradisi itu kurang atau tidak lagi diwariskan lengkap untuk diketahui oleh sebagian besar generasi muda keturunan Tionghoa di Indonesia saat ini. Mungkin karena alam dan iklim kita berbeda dari daratan Re- publik Rakyat Tiongkok yang mem- punyai 4 musim. Sebenarnya budaya Tionghoa kaya akan tradisi untuk persiapan menyambut Imlek. Imlek adalah jatuh pada bulan 1 pada tanggal 1 menurut penanggalan Tionghoa. Lampion hasil karya siswa kelas IX Persiapan awal mulai bulan 12 pada tanggal 22 penanggalan Tionghoa, saat itu keluarga Tionghoa meng- hormati leluhur dengan membuat maka nan “Dong Zhi” 冬至 berupa “Wedang Ronde” untuk sesaji pada leluhur, sebagai peringatan bersama menyambut batas akhir musim dingin yang berkepanjangan didaratan Tiongkok. Satu Minggu sebelum Imlek, tepatnya pada bulan 12 tanggal 23 penanggalan Tionghoa, dalam mitos yang menjadi tradisi turun temurun, diyakini “Cai Sen”财 神 bahwa “Tepokong Dapur” mulai naik keatas langit. Maka perlu di- siapkan manis-manisan “Nien Gao” 年糕,” / Kue Keranjang. Tradisi Tionghoa meyakini dengan sesaji kue keranjang kepada Tepokong Dapur agar beliau melapor pada Yang Diatas “Tien”天 yaitu Tuhan yang boleh mendengar tentang semua hal ikhwal manusia dibumi tentang yang baik dan bagus-bagus saja. Oleh karena itu strateginya dengan membuat kue keranjang untuk mengolesi mulut Tepokong Dapur dengan manisan pekat dari sifat kue keranjang itu (Seng Sok Puang, GM. 124 01. 856). Tanggal 24 bulan 12 penanggalan Tionghoa, saat itu orang Tionghoa menggunakan waktu seluruh hari untuk membersihkan rumahnya. Berikut tanggal 25 bulan 12, mereka mulai membuat “Tahu” yang menjadi ungkapan hidup sederhana untuk Notre Dame | Januari-Maret 2017 29