nerima Angpou rohani berupa Sabda
Yesus dari ayat pilihan dari Injil dan
motto hidup Pendiri dan Ibu Rohani
Suster Notre Dame. Beberapa
hari kemudian menjadi lomba
spontan dan berhadiah hiburan bagi
siswa yang mengingat isi angpou
rohani yang mereka terima ketika
merayakan Imlek bersama.
Menurut tradisi Tionghoa, Angpou
yang berupa amplop merah, kecuali
Malaysia untuk amplop angpou ber-
warna Hijau, angpou yang diberikan
oleh orangtua yang sudah menikah
kepada anak-anak yang belum me-
nikah, dengan tujuan orangtua berbagi
berkat dan semoga berkat yang
diberikan semakin mendatangkan
berkat berlimpah bagi keluarga dari
tahun ke tahun. Maka amplop merah
untuk angpou pada umumnya ber-
tuliskan “Berkah” “福“ yang berarti
unsur makna dari karakter huruf
Tionghoa: “Berkat” merupakan
pemberian rejeki dari Tuhan yang
berlimpah ruah. Pemberian angpou
dilakukan mulai malam menjelang
Tahun Baru Imlek dalam makan ber-
sama keluarga besar satu marga
seluruh keturunan anak cucu mereka.
Ada beberapa suku Tionghoa
memberi angpou pada anak mereka
pada pagi hari tepat Hari Raya Imlek,
lalu pemberian angpou pada anak
keluarga saudara lain yang datang
hingga Cap Go Meh, 15 hari setelah
Imlek pertama. Imlek dimeriahkan
dengan Barongsai. Tujuan barongsai
Banner hasil karya
kelas IX
untuk mengusir roh jahat. Tentu saja
Angpou diberikan pada anak-anak
bila mereka datang dan memberi
salam hormat Imlek: “Kiong Hi” 恭
喜 ada yang lanjut mengucapkan
“Xin Nian Kuai Le 新年快乐” Kini
salam Imlek bergeser ucapan salam
Imlek lebih popular dengan ucapan
salam hormat “Gong Xi Fat Cai 恭
喜发财” dengan sikap tangan dilipat
“Bai-Bai” 拜拜 yang dalam tradisi
Tionghoa dibedakan antara laki dan
perempuan. Jika “Gong Xi” bila yang
melakukannya anak laki-laki maka
lipat tangan yang kiri diletakan dibagian
luar dan lipatan jari tangan kanan
disembunyikan dibagian dalamnya,
yang berarti salam itu ungkapan
tanda suasana “sukacita.” Bila lipat
tangan kanan pada posisi dibagian
luar, itu artinya ungkapan salam anak
laki-laki sebagai tanda suasana per-
nyataan diri dalam “kesusahan/minta
ampun” pada orangtua. Sedangkan
untuk posisi sikap tangan bagi
perempuan dilakukan sebaliknya
dan punya arti sebaliknya juga. Kini
tradisi salam Imlek bergeser paham
dalam hal tata cara melipat tangan
kanan diatas dan jari tangan kiri
disembunyikan didalamnya sambil
mengucapkan salam hormat “Gong
Xi Fa Cai” mengungkapkan rasa
sukacita Imlek. Tata cara itu ber-
laku bagi laki-laki dan perempuan.
Demikian juga, salam hormat dalam
suasana orang berduka dilakukan
dengan posisi lipatan tangan secara
sebaliknya (Leony I ).
Budaya Tionghoa dalam persiapan
menyambut Imlek memiliki warisan
tradisi dari generasi ke generasi
yang harus dilakukan oleh keluarga
Tionghoa hingga saat ini. Namun
nampaknya tradisi itu kurang atau
tidak lagi diwariskan lengkap untuk
diketahui oleh sebagian besar generasi
muda keturunan Tionghoa di Indonesia
saat ini. Mungkin karena alam dan
iklim kita berbeda dari daratan Re-
publik Rakyat Tiongkok yang mem-
punyai 4 musim. Sebenarnya budaya
Tionghoa kaya akan tradisi untuk
persiapan menyambut Imlek. Imlek
adalah jatuh pada bulan 1 pada tanggal
1 menurut penanggalan Tionghoa.
Lampion hasil karya
siswa kelas IX
Persiapan awal mulai bulan 12 pada
tanggal 22 penanggalan Tionghoa,
saat itu keluarga Tionghoa meng-
hormati leluhur dengan membuat
maka nan “Dong Zhi” 冬至 berupa
“Wedang Ronde” untuk sesaji
pada leluhur, sebagai peringatan
bersama menyambut batas akhir
musim dingin yang berkepanjangan
didaratan Tiongkok. Satu Minggu
sebelum Imlek, tepatnya pada bulan
12 tanggal 23 penanggalan Tionghoa,
dalam mitos yang menjadi tradisi
turun temurun, diyakini “Cai Sen”财
神 bahwa “Tepokong Dapur” mulai
naik keatas langit. Maka perlu di-
siapkan manis-manisan “Nien Gao”
年糕,” / Kue Keranjang. Tradisi
Tionghoa meyakini dengan sesaji
kue keranjang kepada Tepokong
Dapur agar beliau melapor pada
Yang Diatas “Tien”天 yaitu Tuhan
yang boleh mendengar tentang
semua hal ikhwal manusia dibumi
tentang yang baik dan bagus-bagus
saja. Oleh karena itu strateginya
dengan membuat kue keranjang
untuk mengolesi mulut Tepokong
Dapur dengan manisan pekat dari
sifat kue keranjang itu (Seng Sok
Puang, GM. 124 01. 856).
Tanggal 24 bulan 12 penanggalan
Tionghoa, saat itu orang Tionghoa
menggunakan waktu seluruh hari
untuk membersihkan rumahnya.
Berikut tanggal 25 bulan 12, mereka
mulai membuat “Tahu” yang menjadi
ungkapan hidup sederhana untuk
Notre Dame | Januari-Maret 2017
29