ND Magazine 17 NDMag-17 | Page 30

menyambut “Tien”yaitu Tuhan datang mengunjungi dan memeriksa desanya. Pada tanggal 26, mereka potong babi, karena situasi sosial di negara Tiongkok hanya 1 tahun sekali makan babi. Lalu pada tanggal 27 bulan 12, mereka memandikan patung “Nyolo” yang merupakan meja penyimpanan Abu sembayang untuk leluhur, yang dipelihara dirumah dekat pintu masuk rumah, tempat terhormat yang utama dalam keluarga Tionghoa. Tanggal 28, orang Tionghoa mulai sibuk menghias rumahnya dengan warna merah tanda kegembiraan nuansa Imlek. tanggal 29 bulan 12 penanggalan Tionghoa, merupakan batas akhir sebelum Imlek bagi orang Tionghoa mengunjungi makam leluhur. Kini hari terakhir yang dinantikan oleh orang Tionghoa yaitu tanggal 30 bulan 12 penanggalan Tionghoa. Kegiatan mereka yang utama adalah memotong ayam “Ji”鸡, karena “Ji” melambangkan kesejahteraan, kebahagiaan. Kebetulan Tahun Baru Imlek 2568 adalah Tahun Ayam. Malam menjelang tanggal 1 bulan 1, Tradisi orang Tionghoa mengadakan makan malam bersama sebelum “Sien Cia” atau sebelum Tahun Baru Imlek yang disebut “Nien Ye Fan” 年夜饭 atau “Tuan Yan Fan”团圆 饭 Syarat makan malam itu ketika mereka makan harus menyisakan Lampion menyemarakkan lorong SMP Notre Dame menyambut Imlek Banner menyemarakkan imlek 2017 daging ayam untuk menyambut Tahun Baru Imlek pada tanggal 1 bulan 1 penanggalan Tionghoa. Dengan tujuan supaya rejeki selalu ada dalam keluarganya sepanjang tahun mendatang. Pada makan malam bersama menjadi kesempatan berbagi kebahagiaan dan keberhasilan mereka. Orangtua berbagi rejeki angpou ”Swi Jien” berupa uang yang diberikan kepada anak muda yang “Pai Cia”拜家 yang memberi salam hormat dan sambil menunggu Tahun Baru Imlek datang pada tanggal 1 bulan 1 penanggalan Tionghoa. Mereka bergadang menyalakan ”Bao Zhu” 爆竹 Petasan dan kembang api untuk peringatan menjelang tahun lama berakhir dan tepat pergantian tahun untuk menyambut secara meriah Tahun Baru Imlek. Menyalakan petasan untuk mengusir setan nasib buruk tahun lalu dan mengharapkan masa depan yang lebih cerah dan bahagia pada tahun mendatang. Tradisi membakar petasan jauh sebelum penemuan mesiu sejak pemerintahan Dinasti Han, 200 SM. (Leony). Pesta Imlek biasanya keluarga menyediakan aneka kue kering dan onde, selalu disediakan buah jeruk 橘子.” Ju Zi”, yang berarti semua serba baik., buah Apel 苹果 ”Ping Guo” yang berarti semuanya serba “Ping An” 平安 atau selamat. Lalu dilanjutkan makan siang dengan bahan pokok makanan yang mesti ada yaitu daging babi dan ayam dalam aneka menu. Pada tanggal 2 bulan 1 penanggalan Tionghoa, bagi keluarga muda yang sudah menikah pulang ke rumah orangtua didampingi suaminya dan membawa aneka barang untuk orangtuanya sebagai tanda terima kasih dan perhatian mengunjungi orangtua mereka. Sehingga hubungan keluarga tetap terjalin turun temurun. Keturunan orang Tionghoa memiliki 56 suku Tionghoa, yang menjadi keunikan kesatuan mereka adalah bahasa Mandarin, yang ciri khas hurufnya diseragamkan oleh Karajaan Dinasti “Qing.” Bahasa Mandarin biarpun dibaca dengan beraneka dialek dari suku-suku yang ada, namun Huruf Mandarin hanya “Satu.” Misalnya didaerah Cungkwok menggunakan huruf “Huruf Mandarin Beijing,” orang Tiongkok menggunakan dialek suku “Hokkian.” Orang suku “Huang” saat ini menggunakan Mandarin “Beijing,” suku “Bong” dengan dialek “Khek Kalimantan.” Suku “Wong” dengan dialek “Kongfu,” orang “Oey” berdialek “Hokkian.” Demikian orang Tionghoa yang menyatukan antar suku adalah tulisan huruf mandarin. Dalam dunia modern saat ini, yang sekarang umumnya dipelajari oleh kebanyakan orang adalah bahasa mandarin Bei- jing, karena merupakan “Mandarin Simplisia,” yang sudah disederhanakan. Hanya di Taiwan yang menggunakan bahasa mandarin tradisional, yang sangat penting bagi pemula yang berminat belajar bahasa mandarin (Leony Idris). Demikian sebagian kecil tradisi Tionghoa yang luas yang belum sempat terungkap dalam tulisan ini. Sr. Maria Lusi, SND. (Kepala SMP Notre Dame Jakarta)