menyambut “Tien”yaitu Tuhan
datang mengunjungi dan memeriksa
desanya. Pada tanggal 26, mereka
potong babi, karena situasi sosial
di negara Tiongkok hanya 1 tahun
sekali makan babi. Lalu pada tanggal
27 bulan 12, mereka memandikan
patung “Nyolo” yang merupakan
meja penyimpanan Abu sembayang
untuk leluhur, yang dipelihara
dirumah dekat pintu masuk rumah,
tempat terhormat yang utama dalam
keluarga Tionghoa. Tanggal 28, orang
Tionghoa mulai sibuk menghias
rumahnya dengan warna merah
tanda kegembiraan nuansa Imlek.
tanggal 29 bulan 12 penanggalan
Tionghoa, merupakan batas akhir
sebelum Imlek bagi orang Tionghoa
mengunjungi makam leluhur.
Kini hari terakhir yang dinantikan
oleh orang Tionghoa yaitu tanggal
30 bulan 12 penanggalan Tionghoa.
Kegiatan mereka yang utama adalah
memotong ayam “Ji”鸡, karena “Ji”
melambangkan kesejahteraan,
kebahagiaan. Kebetulan Tahun Baru
Imlek 2568 adalah Tahun Ayam.
Malam menjelang tanggal 1 bulan 1,
Tradisi orang Tionghoa mengadakan
makan malam bersama sebelum
“Sien Cia” atau sebelum Tahun Baru
Imlek yang disebut “Nien Ye Fan”
年夜饭 atau “Tuan Yan Fan”团圆
饭 Syarat makan malam itu ketika
mereka makan harus menyisakan
Lampion menyemarakkan lorong SMP
Notre Dame menyambut Imlek
Banner menyemarakkan imlek 2017
daging ayam untuk menyambut
Tahun Baru Imlek pada tanggal
1 bulan 1 penanggalan Tionghoa.
Dengan tujuan supaya rejeki selalu
ada dalam keluarganya sepanjang
tahun mendatang. Pada makan
malam bersama menjadi kesempatan
berbagi kebahagiaan dan keberhasilan
mereka. Orangtua berbagi rejeki
angpou ”Swi Jien” berupa uang yang
diberikan kepada anak muda yang
“Pai Cia”拜家 yang memberi salam
hormat dan sambil menunggu Tahun
Baru Imlek datang pada tanggal
1 bulan 1 penanggalan Tionghoa.
Mereka bergadang menyalakan ”Bao
Zhu” 爆竹 Petasan dan kembang api
untuk peringatan menjelang tahun
lama berakhir dan tepat pergantian
tahun untuk menyambut secara
meriah Tahun Baru Imlek. Menyalakan
petasan untuk mengusir setan nasib
buruk tahun lalu dan mengharapkan
masa depan yang lebih cerah dan
bahagia pada tahun mendatang. Tradisi
membakar petasan jauh sebelum
penemuan mesiu sejak pemerintahan
Dinasti Han, 200 SM. (Leony).
Pesta Imlek biasanya keluarga
menyediakan aneka kue kering dan
onde, selalu disediakan buah jeruk
橘子.” Ju Zi”, yang berarti semua
serba baik., buah Apel 苹果 ”Ping
Guo” yang berarti semuanya serba
“Ping An” 平安 atau selamat. Lalu
dilanjutkan makan siang dengan bahan
pokok makanan yang mesti ada
yaitu daging babi dan ayam dalam
aneka menu. Pada tanggal 2 bulan 1
penanggalan Tionghoa, bagi keluarga
muda yang sudah menikah pulang ke
rumah orangtua didampingi suaminya
dan membawa aneka barang untuk
orangtuanya sebagai tanda terima
kasih dan perhatian mengunjungi
orangtua mereka. Sehingga hubungan
keluarga tetap terjalin turun temurun.
Keturunan orang Tionghoa memiliki
56 suku Tionghoa, yang menjadi
keunikan kesatuan mereka adalah
bahasa Mandarin, yang ciri khas
hurufnya diseragamkan oleh
Karajaan Dinasti “Qing.” Bahasa
Mandarin biarpun dibaca dengan
beraneka dialek dari suku-suku yang
ada, namun Huruf Mandarin hanya
“Satu.” Misalnya didaerah Cungkwok
menggunakan huruf “Huruf Mandarin
Beijing,” orang Tiongkok menggunakan
dialek suku “Hokkian.” Orang suku
“Huang” saat ini menggunakan
Mandarin “Beijing,” suku “Bong”
dengan dialek “Khek Kalimantan.”
Suku “Wong” dengan dialek “Kongfu,”
orang “Oey” berdialek “Hokkian.”
Demikian orang Tionghoa yang
menyatukan antar suku adalah
tulisan huruf mandarin. Dalam dunia
modern saat ini, yang sekarang
umumnya dipelajari oleh kebanyakan
orang adalah bahasa mandarin Bei-
jing, karena merupakan “Mandarin
Simplisia,” yang sudah disederhanakan.
Hanya di Taiwan yang menggunakan
bahasa mandarin tradisional, yang
sangat penting bagi pemula yang
berminat belajar bahasa mandarin
(Leony Idris). Demikian sebagian
kecil tradisi Tionghoa yang luas yang
belum sempat terungkap dalam
tulisan ini.
Sr. Maria Lusi, SND.
(Kepala SMP Notre Dame Jakarta)