ND Magazine 17 NDMag-17 | Page 12

para staf di sekolah katolik Notre Dame ini .“ Hanya satu yang harus kita junjung tinggi agar tidak terjadi perselisihan antar budaya , suku , ras , dan golongan . Kuncinya hanya cukup ‘ saling menghormati ’, kalau semua unsur yang terdapat di ND bisa benar-benar memahami setiap sikap tersebut , pastilah tidak akan pernah terjadi perselisihan .” Itulah cara untuk mengatasi terjadinya perselisihan menurut Pak He yang akrab disapa anak-anak Notre Dame . Cara agar setiap murid / staf di sekolah ini turut menghayati keberagaman adalah kita semua harus membuka wawasan tentang keberagaman , membuka mata hati , telinga tentang segala jenis perbedaan yang menjadikan unsur-unsur pemersatu bangsa . “ Kalau boleh digambarkan sekolah Notre Dame ini adalah miniaturnya Negara kesatuan kita yaitu INDONESIA yang sangat kaya dengan keberagaman yang kita semua miliki bersama di sekolah ini ”, jawabnya singkat . Nah pada ujian praktek kelas 9 nanti , beliau akan memberi kesempatan untuk menguji murid di SMP Notre Dame ini dengan menyanyikan lagu Betawi “ Keroncong Kemayoran ”, memainkan lagu wajib nasional ( secara berkelompok ), dan memainkan lagu Mancanegara ( secara berkelompok ).
Dengan toleransi antar umat beragama , kita bisa menciptakan keharmonisan dalam hidup , keindahan bersama dan kebahagian bersama . Maka dari itu , kita bersama-sama harus saling menghormati , tenggang rasa serta bergaul tanpa membeda-bedakan dari latar belakangnya .
Mari kita simak pendapat guru unit SMA Notre Dame berikut ini . Kebinekaan juga merupakan hadiah terindah yang Tuhan berikan bagi negeri ini . Dan hal itu sungguh disadari oleh leluhur dan pendiri bangsa ini . Berangkat dari kesadaran itu , untuk melangkah menuju menyongsong masa depan cerah
12 Notre Dame | Januari-Maret 2017 tak adalah jalan lain kecuali bersatu , Bhinneka Tunggal Ika . Indonesia adalah sebuah bangsa yang sangat kaya akan perbedaan . Ada lebih dari 700 suku bangsa dan bahasa , latar belakang dari 250 juta rumah penduduk dan 6 agama berbeda yang mendiami negeri ini . Ingatkah kita bahwa kekayaan ini juga yang dahulu membuat banyak negara bertempur demi memperebutkan Indonesia ? Negara ini sedang mengalami krisis kebhinnekaan . Semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang mempunyai arti “ berbeda-beda , namun tetap satu jua ” nampaknya tak lagi dapat dicerminkan oleh keadaan penduduk dan aparat pemerintahannya akhir-akhir ini . Emosi dari berbagai lapisan masyarakat menjadi terlalu mudah untuk disulut . Pencetus utamanya ialah perbedaan .
Bapak Respati , guru Matematika SMA yang sudah 20 tahun bekerja di Notre Dame
Perbedaan ini sebenarnya merupakan rahmat sekaligus sarana agar kita saling mengenal dan menghargai satu sama lain di dunia ini . Sehingga sudah seharusnya kita berusaha mengayomi dan mengapresiasi tiap-tiap perbedaan tersebut . Tak usah jauh-jauh bagi kita untuk melihat sendiri ciri khas tulen bangsa Indonesia ini . Sekolah kita tercinta pun memiliki unsurunsur keberagaman yang kontras . Keberagaman ini tampak dari warga sekolah yang berasal dari berbagai suku , ras dan agama . Maka melalui visinya , yaitu “ Terwujudnya peserta didik yang cerdas , terampil , humanis , mandiri dan berpedoman pada nilai-nilai iman Kristiani ,” Sekolah Notre Dame senantiasa berusaha untuk menciptakan proses belajar mengajar maupun pergaulan yang menjunjung toleransi atas keberagaman yang ada . Hal ini dibenarkan oleh pernyataan Respati Wuryo Putro . Guru bidang studi matematika lanjut di unit SMA ini menyatakan bahwa Sekolah Notre Dame tidak menolak warga sekolah yang beragama non-kristiani .
“ Bahkan , saya dan guru-guru yang muslim diberi kelonggaran untuk mengatur jadwal supaya bisa beribadah Sholat Jumat setiap minggu ,” ujarnya . Ketika ditanya mengenai kendala yang pernah dialaminya selama berkarya di Sekolah Notre Dame yang mengimani agama Katolik , pria kelahiran Yogyakarta ini merasa tidak pernah sekalipun menemukan kendala yang disebabkan oleh adanya perbedaan suku maupun agama . Berulang kali diberi pertanyaan yang sama pun , beliau tetap kukuh menjawab bahwa ia senantiasa merasa nyaman bekerja di sekolah ini . Karirnya yang sudah genap berusia 20 tahun , adalah bukti konkretnya . “ Saya sudah 20 tahun disini ,” tukasnya sembari diiringi tawa ringan . Ia juga menyatakan bahwa Sekolah Notre Dame hanya memperhitungkan prestasi ; bukan suku , ras , maupun agama . Setiap warga sekolah memiliki hak yang sama untuk menduduki jabatan tertentu dibidangnya . “ Apakah minoritas atau mayoritas , itu tidak dilihat ,” tegasnya . Pilihannya untuk berkarir di SMA Notre Dame pada tahun 1997 silam pun dipengaruhi oleh pendidikan yang pernah ia tempuh . Atas rujukan dari keluarganya , masa-masa sebagai remaja dahulu ia habiskan di SMP dan SMA Maria Immaculata Marsudirni . Sama seperti Sekolah Notre Dame , sekolah katolik yang terletak di Yogyakarta tersebut juga dikelola oleh para suster . Di