kepada para pedagang atau toko alat
musik. “Biasanya setiap satu pekan
sekali saya kirim barang, itu untuk
produk biasa. Kalau untuk yang
pesanan custom, biasanya tiga pekan
sampai satu bulan,” jelas Andri.
Semakin banyaknya pesanan
tentu saja membuat suami dari Erlina
Mustaqim tersebut kian kewalahan
dalam proses produksi. Apalagi,
kini dia tidak hanya membuat biola
saja, tetapi juga berbagai alat musik
lain seperti gitar, gambus, bass betot,
cello, kentrung, kajon, dan sebagainya
sesuai pesanan. Dari situ, Andri
memutuskan untuk mempekerjakan
beberapa karyawan,“Sekarang ini
total ada 7 orang yang membantu saya
produksi.”
Dalam satu pekan, Andri mengaku
memiliki target untuk memproduksi
minimal 24 buah biola demi
memenuhi permintaan konsumen.
Di samping itu, dia juga harus
memproduksi berbagai alat musik lain
sesuai pesanan sekaligus menjalankan
jasa service alat musik. “Dalam satu
bulan pasti ada yang menyerviskan
alat musik. Kadang biola, kadang
gitar. Rusaknya pun macem-macem, ada
yang sampai badan biolanya hancur,”
ungkap bapak satu orang anak
tersebut.
Tak Ada Persaingan
Sejak 6 tahun belakangan ini,
Andri menetap dan melakukan
proses produksi di tempat tinggalnya,
Krangkungan RT.3/RW.8, Pondok,
Grogol, Sukoharjo. Di wilayah
tersebut, banyak warga yang memiliki
usaha serupa dengannya. Namun
demikian, Andri tak merasa ada
persaingan. “Produsen-produsen
di sini sudah punya pelanggannya
masing-masing. Jadi nggak ada
persaingan. Rezeki sudah ada yang
mengatur,” ulas Andri.
42 |
|September 2018 | Edisi 135
Meski begitu, Andri senantiasa
menjaga kualitas produksinya, dan
selalu melakukan berbagai inovasi.
Menurutnya, agar hubungan dengan
pelanggan tetap baik, hal yang paling
penting adalah menjaga kepercayaan,
tanggung jawab, dan disipin.
“Misalkan kita sudah menyanggupi
untuk menyelesaikan pesanan
selama 3 pekan, ya kita harus benar-
benar menepatinya. Jangan sampai
terlambat dan ada pihak-pihak yang
dikecewakan,” ucap Andri.
Terkait hal ini, Andri bahkan
pernah mengalami pengalaman
kurang baik. Saat itu, putranya tengah
sakit dan harus dirawat di rumah
sakit. Hal itu akhirnya membuat salah
satu pesanan tak dapat diselesaikan
tepat waktu. “Saat itu saya langsung
menghubungi pihak terkait, saya
minta maaf dan menjelaskan keadaan
yang terjadi apa adanya,” kisah
Andri. Beruntung, pelanggannya
dapat memahami, dan setelah sang
putra sembuh, Andri pun segera
menyelesaikan pesanan itu.
Di era teknologi seperti saat ini,
Andri juga merambah pasar online
untuk menjaring semakin banyak
pelanggan. Dia aktif menggunakan
situs-situs marketplace dan beberapa
akun media sosial. Produk-produknya
pun dijual dengan harga beragam.
Untuk biola, mulai dari Rp 350.000
hingga Rp. 3.000.000, sedangkan
untuk gitar mulai dari Rp 180.000
hingga Rp 1.500.000.