My first Magazine hadila september | Page 42

kepada para pedagang atau toko alat musik. “Biasanya setiap satu pekan sekali saya kirim barang, itu untuk produk biasa. Kalau untuk yang pesanan custom, biasanya tiga pekan sampai satu bulan,” jelas Andri. Semakin banyaknya pesanan tentu saja membuat suami dari Erlina Mustaqim tersebut kian kewalahan dalam proses produksi. Apalagi, kini dia tidak hanya membuat biola saja, tetapi juga berbagai alat musik lain seperti gitar, gambus, bass betot, cello, kentrung, kajon, dan sebagainya sesuai pesanan. Dari situ, Andri memutuskan untuk mempekerjakan beberapa karyawan,“Sekarang ini total ada 7 orang yang membantu saya produksi.” Dalam satu pekan, Andri mengaku memiliki target untuk memproduksi minimal 24 buah biola demi memenuhi permintaan konsumen. Di samping itu, dia juga harus memproduksi berbagai alat musik lain sesuai pesanan sekaligus menjalankan jasa service alat musik. “Dalam satu bulan pasti ada yang menyerviskan alat musik. Kadang biola, kadang gitar. Rusaknya pun macem-macem, ada yang sampai badan biolanya hancur,” ungkap bapak satu orang anak tersebut. Tak Ada Persaingan Sejak 6 tahun belakangan ini, Andri menetap dan melakukan proses produksi di tempat tinggalnya, Krangkungan RT.3/RW.8, Pondok, Grogol, Sukoharjo. Di wilayah tersebut, banyak warga yang memiliki usaha serupa dengannya. Namun demikian, Andri tak merasa ada persaingan. “Produsen-produsen di sini sudah punya pelanggannya masing-masing. Jadi nggak ada persaingan. Rezeki sudah ada yang mengatur,” ulas Andri. 42 | |September 2018 | Edisi 135 Meski begitu, Andri senantiasa menjaga kualitas produksinya, dan selalu melakukan berbagai inovasi. Menurutnya, agar hubungan dengan pelanggan tetap baik, hal yang paling penting adalah menjaga kepercayaan, tanggung jawab, dan disipin. “Misalkan kita sudah menyanggupi untuk menyelesaikan pesanan selama 3 pekan, ya kita harus benar- benar menepatinya. Jangan sampai terlambat dan ada pihak-pihak yang dikecewakan,” ucap Andri. Terkait hal ini, Andri bahkan pernah mengalami pengalaman kurang baik. Saat itu, putranya tengah sakit dan harus dirawat di rumah sakit. Hal itu akhirnya membuat salah satu pesanan tak dapat diselesaikan tepat waktu. “Saat itu saya langsung menghubungi pihak terkait, saya minta maaf dan menjelaskan keadaan yang terjadi apa adanya,” kisah Andri. Beruntung, pelanggannya dapat memahami, dan setelah sang putra sembuh, Andri pun segera menyelesaikan pesanan itu. Di era teknologi seperti saat ini, Andri juga merambah pasar online untuk menjaring semakin banyak pelanggan. Dia aktif menggunakan situs-situs marketplace dan beberapa akun media sosial. Produk-produknya pun dijual dengan harga beragam. Untuk biola, mulai dari Rp 350.000 hingga Rp. 3.000.000, sedangkan untuk gitar mulai dari Rp 180.000 hingga Rp 1.500.000.