My first Magazine hadila september | Page 15

FOKUS UTAMA dengan ungkapan syukur atau doa saja. Syukur tidak sempurna jika tidak dibuktikan. Maka kita harus membalas segala nikmat dengan memperbanyak memuji-Nya (berzikir kepada-Nya). Kita balas dengan ketaatan, sehingga setelah bangun kita menyembah-Nya, salat. Lalu, Rasulullah menganjurkan kepada kita untuk tetap berada di tempat duduk setelah Salat Subuh. Beliau bersabda, “Barang siapa yang melaksanakan Salat Subuh secara berjamaah lalu dia duduk sambil berzikir pada Allah hingga matahari terbit, kemudian dia melaksanakan salat dua rakaat, maka dia seperti memperoleh pahala haji dan umrah. Pahala yang sempurna, sempurna, dan sempurna.” [H.R. Tirmidzi] Salat dua rakaat yang dilakukan setelah matahari terbit disebut Salat Sunah Syuruq, atau sebagian ulama menyebutnya Salat Duha yang dilakukan di awal waktu. Inilah amalan yang sebaiknya dilakukan diwaktu pagi. Jadi, Rasulullah selalu berangkat jamaah Subuh saat gelap, lalu pulang saat terang. Ini bukan berarti Rasulullah malaksanakan Salat Subuh lama, dari gelap sampai terang, tetapi yang lama adalah beliau duduk dan berzikir. Ada ungkapan ketika seseorang terlalu banyak tidur di pagi hari, maka rezekinya akan hilang. Bagaimana pendapat Ustaz? Ketika Allah sudah menghidupkan kita setelah ‘mematikan’. Maka, jangan matikan lagi diri kita dengan tidur setelah Subuh. Ini sebuah malapetaka. Mestinya, setelah bangun kita mensyukuri nikmat Allah, beribadah kepada-Nya, berbuat baik kepada manusia, bekerja (mencari nafkah), mencari ilmu, dan lain-lain. Lha kok malah tidur, berarti tidur telah menutup pintu rezeki. Padahal saat itu Allah membukakan pintu rezeki, tetapi kita malah menutupnya. Maka orang zaman dulu bilang kalau kita bangunnya terlambat, “rezekimu sudah dipatok ayam.” Tidur setelah Subuh sama artinya dengan tidak mensyukuri nikmat Allah, dia juga tidak menjalankan fungsinya sebagai khalifah, sehingga keberkahan Allah hilang. Padahal Rasulullah telah berdoa agar Allah senantiasa memberi keberkahan kepada umatnya di waktu pagi, “Ya Allah berilah keberkahan kepada umat- umatku, pada waktu pagi mereka.” [H.R. Abu Dawud, At-Tirmidzi, An-Nasa’i, Ibnu Majah] Jadi betapa ruginya orang yang tidur di waktu pagi. Dalam kehidupan rumah tangga, bagaimana cara membagi tugas antara suami dan istri agar bisa menjalani pagi dengan baik—tidak kemrungsung, karena biasanya ada banyak hal yang harus disiapkan? Hal ini sangat conditional, tergantung kondisi rumah tangga masing-masing—keahlian masing- masing suami-istri, ketersediaan waktu yang dimiliki suami-istri. Kalau dalam rumah tangga yang bekerja suami, apalagi tempat kerjanya jauh, tentu tidak bisa dilakukan pembagian kerja rumah tangga secara fifty-fifty, sebab di sini istri jauh lebih longgar. Begitu pun dengan sebaliknya, jika dalam struktur rumah tangga yang bekerja adalah istri, tentu tidak mungkin istri dapat menangani semuanya. Jadi tidak ada patokan tertentu yang harus dilakukan. Semua bergantung pada kondisi keluarga masing-masing, siapa yang lebih memungkinkan dan bisa melakukan, maka dia yang melakukan. Intinya adalah komunikasi yang baik antara suami dan istri. Jika tidak ada komunikasi, maka akan bahaya. Keduanya akan saling menuntut, dan hal ini dapat memicu konflik rumah tangga. 15 | September 2018 | Edisi 135