Media Informasi Kemaritiman Cakrawala Edisi 417 Tahun 2013 | Page 8
Dr. Connie Rahakundini Bakrie, M. Si. (Pengamat Pertahanan dan Militer dari Univ. Indonesia)
MEMBANGUN TNI AL
YANG OUTWARD LOOKING
Kekuatan militer selalu berada di balik kekuatan
diplomasi. Sudahkah kekuatan TNI AL memiliki
kekuatan untuk mendukung upaya diplomasi
di kawasan?
Mengutip R. Willliam Liddle, yang menyatakan
bahwa dua unsur fisik yang mendasar dalam
membangun kekuatan negara adalah ekonomi
dan militer. Jika sebuah negara tidak memiliki
ekonomi dan/atau militer yang kuat, maka sistem
pertahanannya tidak akan efektif. Dalam elemen
kekuatan pembangunan state power yang saya
teliti ternyata elemen lain yang berpengaruh pada
pembangunan kekuatan negara adalah CM (critical
mass), strategi negara dan kebijakan terkait citacita negara serta elemen pembagi yaitu ESP
(external super power).
Berdasarkan hal tersebut, muncul pertanyaan
tentang seberapa besar sumbangan sumber daya
laut kepada PDB nasional saat ini dan proyeksinya
ke depan dalam konteks pembangunan pertahanan
negara yang tangguh? Seberapa besar kita
memanfaatkan kekuatan ESP di kawasan? Dengan
melakukan penghitungan tersebut, kita akan
mampu memprediksikan besarnya kerugian dan
keuntungan yang akan ditanggung oleh bangsa,
baik secara ekonomi, politik, maupun militer dalam
arah perubahan menuju visi maritim.
Pemanfaatan sumber daya kelautan secara
maksimal membutuhkan penguasaan teknologi
tinggi, mulai dari teknologi eksplorasi laut sampai
pengamanan wilayah dan jalur perdagangan laut.
Bagaimana rancangan sistem industri pertahanan
yang berbasis kelautan harus dirumuskan?
Logikanya, jika konsepsi atas visi maritim dapat
dijelaskan secara konkrit dan applicable, barulah
kebijakan nasional dapat dibangun.
Kecenderungan ke depan jelas sudah
menunjukkan
makin
pentingnya
jalur-jalur
perhubungan dan perdagangan laut yang mencakup
SLOC (SEA LANES OF COMMUNICATIONS) dan
SLOT (SEA LANES OF TRADES) yang kita miliki.
Dengan nilai-nilai penting laut dan pengalaman
sejarah, serta lingkungan strategis dan geografis,
maka lautan kita sangat jelaslah menjadi
elemen penting bagi pertahanan Indonesia baik
secara konsepsi dan cara pandang pertahanan
(geopolitik
dan
geostrategis),
perumusan
kebijakan pertahanan, kepentingan nasional
yang harus dilindungi, terutama di dan lewat laut
yaitu: keamanan di perairan wilayah jurisdiksi
Indonesia; keamanan GPL dan ALKI; keamanan
sumber alam di laut; perlindungan ekosistem atau
lingkungan laut; stabilitas kawasan strategis yang
berbatasan dengan negara tetangga; keamanan
ZEE; dan peningkatan kemampuan industri untuk
mendukung pertahanan negara di laut.
Jika dikaitkan pada kemampuan diplomasi TNI
AL maka kita harus jujur menadang permasalahan
dan kondisi yang ada. Dalam pilahan abad,
sebenarnya jelaslah sudah pada abad ke-19
tugas negara adalah mengamankan lautan untuk
kepentingan nasional dan terjaganya kekayaan
negara. Abad ke-20, tugas ini bergeser pada
kewajiban mengamanakan ruang udara dan
antari ksa, sementara di abad ke-21 tugas negara
adalah mengamankan, menguasai dan mengambil
keuntungan dari cyber space.
Mencermati
perkembangan
spektakuler
ekonomi, pembangunan kekuatan militer dan
industri pertahanan China serta melihat posisi
strategis Indonesia di tengah-tengah rivalitas China
dan AS yang menajam, maka dengan keunggulan
prinsip politik luar negeri Indonesia yang bebas
aktif, sudah waktunya Indonesia memainkan peran
lebih besar bagi keberlangsungan keseimbangan
kawasan.
Jika ketiga pembangunan kekuatan ini harus
dikejar Indonesia sekaligus dalam waktu yang
singkat, mengingat momentum kepemimpinan
China dan “Calculative Strategy” Xi Jinping periode