Media Informasi Kemaritiman Cakrawala Edisi 417 Tahun 2013 | Page 39
maupun budaya. Kerancuan pengertian ini dapat
dijernihkan bila kita menganggap bahwa pada
dasarnya “budaya’” dan “peradaban” mewakili
konsep yang sama. Kebiasaanlah yang kiranya
memengaruhi penggunaannya. Dalam banyak
hal, jangankan orang awam, para ilmuwan
pun tidak membedakan pengertian dari kedua
istilah tadi dan memakai kedua-duanya secara
bergantian.
Demi memupus kerancuan, pemikir-pemikir
Jerman di abad XIX telah mengetengahkan
suatu solusi. Menurut mereka, walaupun
“culture” (budaya) dan “civilization” (peradaban)
sama-sama menggambarkan perkembangan
dan kemajuan umat manusia, “budaya”
mengacu pada aspek spiritual dari kehidupan
human, sementara “peradaban” merujuk pada
aspek teknologinya. Dengan begitu mereka
berkesimpulan bahwa istilah “budaya” meliputi
bahasa, ilmu pengetahuan, agama, pendidikan,
dan keterampilan (arts) sebagai faktor-faktor
pengembang pikiran manusia. Sedangkan
“peradaban” adalah istilah konseptual yang terkait
secara integral pada industri, teknologi, ekonomi,
dan hukum, yang dibina untuk mengontrol alam
agar memenuhi kebutuhan manusia.
Bila demikian, kita bisa saja menulis “Sejarah
Kebudayaan Nusantara” di samping “Sejarah
Peradaban Nusantara” selama dan sejauh kita
membahas aspek-aspek yang berbeda dari
kehidupan manusia-manusia di bumi nusantara
ketika itu. Ipso facto dengan pemaparan budaya
dan peradaban Majapahit, Sriwijaya, dan lainlain.
Jadi, bila kita menerima distingsi antara
istilah budaya dan peradaban, kita anggap
masing-masing mewakili pandangan yang
berbeda tentang fenomena yang sama, di mana
“budaya” berpembawaan deskriptif, sementara
“peradaban” valuatif. Asal-usul linguistik dari
kedua istilah ini turut membantu pemahaman kita
mengenai makna kedua istilah tadi. Budaya atau
culture berakar kata sama dengan cultivation
yang berarti “menumbuhkan” (growing) atau
“pembudidayaan” (cultivation), sedangkan istilah
civilization berasal dari kata civic dan civil, yang
berkaitan dengan city (kota) dan citizen (warga
kota).
Kota dan warganya menggambarkan tahap
pembudidayaan yang maju atau wujud dari
keberhasilannya. Makhluk hewan survive dengan
mematuhi hukum-hukum alam. Hanya makhluk
manusia yang membudidayakan alam. Maka
pembudidayaan atau budaya menggambarkan
hubungan yang spesifik antara manusia dan
alam.
Maka menurut pengertian ini, baik manusia
primitif maupun modern, sama-sama berorientasi
budaya, culture oriented. Perbedaan antara
masyarakat primitif dan masyarakat modern
hanya dalam karakteristik kebudayaannya
masing-masing. Kedua masyarakat tersebut
dapat dievaluasi melalui ekstensi dan kualitas
dari pembudidayaannya masing-masing.
Jadi dari sudut pandang ini, masyarakat
human dapat dibedakan satu dari yang lain.
Peradaban adalah suatu pendekatan konsep
pembudidayaan, yaitu budaya yang berkembang
ke satu tingkat tertentu. Berarti, budaya perlu
berkembang atau dengan sadar dikembangkan
hingga ke satu tingkat tertentu untuk bisa
dikualifikasi sebagai peradaban.
Berhubung sejarah kebudayaan human
berkembang dari satu keadaan primitif, sejarah
makhluk manusia harus dianggap sebagai
sejarah dari budaya dan bukan sejarah dari
peradaban. Namun, harus diakui bahwa di
satu titik pada tahap peralihan perkembangan.
Kelihatan menonjol nilai-nilai serupa pada
budaya dan peradaban yang dapat dan sudah
membingungkan tanggapan pemerhati. Nilai
adalah “genus” dari semua “spesies” yang
tercakup dalam pengertian budaya (bahasa, ilmu
pengetahuan, agama, pendidikan, keterampilan)
dan tergolong pada peradaban (industri, teknologi,
ekonomi, ketentuan perundang-undangan atau
hukum).
Nilai adalah segala sesuatu yang kita pakai
sebagai standar dalam menimbang/menilai
(judgement) dan/atau yang bernilai itu sendiri
(bernilai intrinsik), yang sebagian besar berupa
hal yang terwujud (intangible), seperti ide, ilmu
pengetahuan.
Budaya Indonesia pasti mengandung nilainilai luhur yang jumlahnya begitu banyak, hingga
Cakrawala Edisi 417 Tahun 2013
39