Mendagri: Pusat dan Daerah Harus Deteksi Dini Keberadaan Aksi Teror
JAKARTA- Teror bom yang terjadi di Kawasan Sarinah Jl. MH Thamrin, Jakarta, baru-baru ini membuat kaget semua pihak, publik diminta untuk semakin meningkatkan kewaspadaannya terhadap kemungkinan aksi teror yang akan terjadi selanjutnya. Kejadian tersebut menjadi isyarat bahwa pemerintah harus lebih fokus dalam menjamin kemananan masyarakat. Peran pemerintah sangat diperlukan dalam situasi negara saat ini. Negara wajib memberikan keamanan dan kenyamanan kepada segenap lapisan masyarakat.
Kepada Detik. com Wakil Presiden Jusuf Kalla memberikan apresiasi atas kerja cepat TNI dan POLRI dalam penanganan teror bom di Thamrin pada Kamis( 14 / 1) kemarin. Minimnya korban yang jatuh dari pihak masayarakat menjadi alasan utama JK, selain itu pelaku aksi teror pun berhasil dilumpuhkan.
Dari laman Kompas. com, saat ini Mendagri Tjahjo Kumolo akan mengupayakan seluruh korban baik yang berasal sipil maupun Polisi dalam aksi teror tersebut, agar bisa mendapat pembiayaan penuh dari negara. Hal itu, disampaikannya langsung ketika mengunjungi para korban di RSCM Jakarta, Kamis( 14 / 1) lalu.
Tjahjo meminta kepada seluruh masyarakat untuk tak perlu takut menghadapi teroris. Saat ini pihaknya telah berkoordinasi dengan semua pihak baik pusat maupun daerah untuk selalu mendeteksi dini keberadaan dan aksi teror yang akan terjadi selanjutnya. Menurutnya Indonesia adalah negara besar, Tjahjo meminta kepada semua kalangan untuk bersatu dan tak boleh ada siapapun yang bisa merusak kedaulatan bangsa Indonesia.
Kejadian aksi teror tersebut, mengundang komentar dari Guru Besar Universitas Pertahanan( Unhan) Prof Salim Said, menurutnya ada kemungkinan Indonesia untuk di serang kembali cukup besar. Pihak teroris dinilainya cukup berhasil karena dengan hanya lima orang saja, mereka sudah bisa mengguncang dunia. Disampaikannya kepada Okezone. com, saat menghadiri acara Perspektif Indonesia dengan topik: Mengapa Teror Jakarta Gagal Meneror Kita di Jakarta, Sabtu( 16 / 1 / 2016).
Waspada ISIS
Sementara dalam Rapat Pengarahan Pejabat Struktural di lingkungan Kemendagri, di Jl. Medan Merdeka Utara, Jakarta. Tjahjo berpesan, Indonesia untuk senantiasa mewaspadai penyebaran ISIS( Negara Islam Iran Suriah) yang menyebarkan ajaran radikalisme di tanah air.
Tjahjo mengingatkan, kelompok ISIS kini tak lagi menyerang kelompol muslim Indonesia saja, tetapi juga kelompok non muslim.“ Yang berbahaya, mereka kaum konglomerat bergabung dengan ISIS. Mereka terlihat seperti kebanyakan orang, membangun usaha minyak dan memengaruhi warga dengan nilai radikalisme,” kata Tjahjo.
Pada masa mendatang, Tjahjo berharap ada pengenalan wawasan kebangsaan terhadap masyarakat tentang penting pedoman pancasila dan keberagaman bangsa Indonesia. Sekadar informasi, Kelompok ISIS adalah kelompok teroris dari penerus Al-Qaeda yang membentuk nama Negara Islam Iran Suriah.
Misi ISIS adalah menarik simpati dunia untuk membangun Khilafiah Islamiyah sendiri. Kelompok ini digadang-gadang sebagai penyebab terjadinya penembakan di Paris pada 13 November lalu yang menewaskan 132 orang dan 350 orang luka-luka.
Bahkan, Departement Keuangan Amerika Serikat mengatakan ISIS adalah organisasi teroris terkaya sedunia, yang dapat menghasilkan dana 40 juta USD per bulan yang berasal dari ladang minyak.( MSR)
Penghapusan BP Batam Solusi Percepatan Pembangunan
JAKARTA- Kerugian potensi pajak sekitar RP 20 triliun di Batam, Kepulauan Riau, membuat Mendagri Tjahjo Kumolo berencana membubarkan Badan Pengusaha( BP) Batam. Awal 2016 adalah target pembubaran tersebut, percepatan pembangunan merupakan alasan utama pembubaran BP Batam tersebut.
Kepada Tribunbatam. com, Mendagri mengatakan, selama ini ada duplikasi dan konflik kewenangan antara BP Batam dan Pemda Batam sehingga menghambat pembangunan kawasan Batam selama sepuluh tahun terakhir. Selain itu, tumpang tindih kewenangan menjadi salah satu kendala sulitnya menjaring investor ke Batam.
Selain beberapa hal tersebut, keistemawan Batam sebagai kawasan perdagangan bebas, kerap
Februari 2016 | mediaBPP | 55