GAYA HIDUP
Sigi Wimala
Cinta Mati dengan Lari
Perjalanan panjang seseorang yang sukses memanglah tidak mudah, begitu pula dengan perjalanan artis di dunia entertaintment. Jatuh bangun, dipuji, dihina, dicaci-maki bahkan sudah menjadi makanan sehari-hari agar tetap berdiri tegak. Salah satunya, adalah artis dan model cantik Sigi Wimala( 32).
Ditemui di suatu acara hotel bilangan Jakarta Selatan, Sigi menceritakan perjalanan berat karirnya di dunia entertainment. Mengawali karir di dunia modeling memanglah tidak mudah. Terlebih sebelum masuk dunia model, Sigi adalah atlet basket sejak duduk di bangku SMP.“ Jadi perbedaannya drastis, biasanya nggak memikirkan penampilan. Tahu sendiri atlet basket itu badannya besar. Sekarang dituntut kurus, cantik, dan terawat,” katanya.
Isteri dari Timo Tjahjanto itu bahkan pernah nangis di tempat lokasi pemotretan lantaran dibilang gemuk.“ Waktu itu aku udah turun 7 kg, tapi aku tetap dibilang gemuk. Saat itu untuk umur 17 tahun yang baru terekspose
42 | mediaBPP | Februari 2016 dunia modeling, dibilang gemuk itu aku merasa koq jahat banget, akhirnya aku gak tahan dan nangis di tempat,” imbuhnya.
Sewaktu di sekolah dulu, bahkan berat badan Sigi mencapai 60 Kg lebih, berhasil menurunkan ke 45-an kg dengan perjuangan ekstra.“ Bahkan untuk bisa dibilang kurus, aku harus minum obat pelangsing,” katanya.
Saat berhasil menurunkan berat badan, masalah belum selesai. Kulit yang biasanya melar ketika gemuk, tentu saja saat kurus kulit mengalami stretch mark.“ Begitu masuk di dunia model, harus skinny, yang fresh diet, merapatkan body, pakai obat diet yang berpengaruh ke kulit,” kata ibu dua orang anak itu.
Tinggal sendiri di Hongkong
Berbagai cara Sigi lakukan agar bisa tercapai kata kurus. Termasuk olahraga. Sigi memilih olahraga yang mudah dan murah, yakni berlari. Berawal dari keinginannya agar bisa kurus, Sigi selalu rutin berlari bahkan mengikuti berbagai macam perlombaan.“ Dunia modeling memang seperti itu, keras dan persaingannya sangat ketat. Terus aku juga kerja di Hongkong, jadi persaingan dengan model dari negara-negara lain makin ekstra. Jadi harus hemat, bagaimanapun pengeluaran udah harus hemat,” imbuhnya.
Pada usia 18 tahun, Sigi bekerja sambil kuliah di Hongkong. Ia tinggal sendiri di negeri orang, dan dengan kultur yang berbeda.“ Aku sewa rumah sendiri, tinggal dengan yang kulturnya harus berbeda dengan kita, tapi aku harus happy terus biar aura cantik dari dalam terpancar,” katanya sambil mengenang masa lalu.