Drama Kenaikan Harga BBM Bersubsidi
subsidi, hanya saja kebijakan ini cenderung lebih tepat sasaran dan cost nya lebih dapat diperhitungkan.
Kritik juga patut dialamatkan kepada cara pemerintah “menjual” isu kenaikan harga BBM ke publik melalui media. Penekanan yang sering disampaikan oleh pemerintah adalah bahwa kenaikan harga BBM bersubsidi dapat menekan defisit anggaran dan neraca perdagangan Indonesia yang diakibatkan impor BBM yang semakin meningkat. Bahasa seperti ini justru menghasilkan sentimen negatif di masyarakat karena pemerintah seolah melempar tanggung jawab atas ketidakmampuan mereka mengurus keuangan negara kepada rakyat.
Seharusnya, pemerintah lebih menggarisbawahi persoalan opportunity cost dari subsidi BBM yang berlebihan yaitu pembangunan infrastruktur, perbaikan layanan kesehatan dan sistem pendidikan. Banyak studi yang telah membuktikan bahwa peningkatan pengeluaran di sektor pendidikan akan mempercepat pertumbuhan ekonomi, salah satunya adalah studi dari Jung dan Thorbecke (2003). Persoalannya, pendapatan minyak dan gas kita selama ini
mayoritas habis untuk membayar subsidi BBM sehingga sedikit menghasilkan nilai tambah kepada ekonomi Indonesia secara keseluruhan (lihat Tabel 2).
Kesimpulannya, rakyat Indonesia harus sadar bahwa BBM murah sebenarnya lebih banyak membawa mudharat daripada manfaat. Pertama, subsidi dinikmati oleh mereka yang tidak pantas disubsidi. Kedua, belanja subsidi menyebabkan pemerintah tidak dapat mengalokasikan pendapatan migas kita untuk pembangunan. Ketiga, harga murah menyebabkan demand meningkat tak terkendali yang akan membuat kita semakin tergantung pada impor minyak yang semakin mahal . Keempat, harga BBM yang murah menyebabkan energi alternatif seperti gas yang lebih rama lingkungan menjadi sulit bersaing. Kelima, disparitas harga antara BBM bersubsidi dan non-subsidi memberi insentif yang sangat menarik untuk melakukan paraktik-praktik ilegal seperti penyelundupan dan menjual bensin eceran (IISD, 2011).
Artikel ditulis oleh Rangga D. Fadillah, mahasiswa S2 di CEPMLP, Dundee University. Versi lengkap bisa artikel ini bisa dilihat di sini.
20