MAJALAH DIMENSI | Page 48

\ KULINER \

JAMU JUN

Si Langka yang Menghangatkan

Oleh: Ratih Widyaningrum

SETIAP daerah pasti memiliki keunikan masing-masing. Keunikan itu bisa dari sisi kebudayaan, adat istiadat, perilaku, bahasa, dan juga makanan khasnya. Begitu pula dengan Semarang, kota ini mempunyai keunikan yang beragam. Mulai dari kebudayaan Jawa yang memegang teguh kepercayaan nenek moyang, hingga berbagai macam kuliner.

Dibenak kalian, jika ditanya apa makanan khas Semarang yang akan terjawab pasti loenpia atau wingko babat, bisa juga tahu gimbal, tahu bakso bahkan bandeng presto. Ya, jenisjenis makanan khas tadi setidaknya masih bisa ditemukan di beberapa tempat pusat oleh-oleh Semarang dan lebih bervarian. Lalu bagaimana dengan makanan khas Semarang yang sekarang ini sulit untuk ditemukan keberadaannya? Salah satunya seperti makanan yang bernama Jamu Jun.
Tidak asing ditelinga kita mendengar kata“ jamu”. Jamu biasanya identik dengan rasa pahit di lidah. Namun hal itu bertolak belakang dengan rasa Jamu Jun yang manis, legit dan sedikit pedas. Makanan ini memiliki masa kejayaanya di Semarang pada era 1980-an. Tampilannya bisa dikatakan mirip dengan bubur sumsum, namun Jamu Jun lebih encer. Selain itu yang membedakan lagi, dirasakan rempah-rempah sebagai bahan campurannya yang mengandung banyak manfaat dan berkhasiat bagi tubuh.
Makanan yang biasanya ditaruh dalam Jun atau sejenis kendi berukuran sedang yang terbuat dari tanah liat ini memberikan rasa hangat diperut serta tenggorokan karena campuran rempahnya. Makanan ini terbuat dari campuran air, tepung beras, tepung ketan, santan, gula jawa, gula pasir, daun pandan, dan rempah-rempah. Rempahrempah yang dicampurkan antara lain jahe, serai, merica, dan kayu manis. Selain itu agar lebih

48 majalah dimensi | edisi 48