/ KOMUNITAS /
BITLAH GELAP
Oleh: Arum Ambarwati dan Intan Pranita
Pada awalnya pusat kegiatan mereka berlokasi di Kampung Wot Perahu, Jalan MT Haryono 23 Semarang. Seiring berjalannya waktu dan banyaknya kegiatan, akhirnya mereka mendirikan pusat kegiatan di Jatisari Asabri D6 / 35 Mijen, Ngaliyan, Semarang. Pusat kegiatan itulah yang kita kenal dengan Rumah Sahabat.
Di rumah yang juga dilengkapi dengan hot spot area tersebut, mereka melakukan banyak hal. Keterbatasan tak menghalangi mereka untuk berkarya. Justru mereka beranggapan, Tuhan telah menganugerahkan sesuatu yang lain ketika Dia menghendaki mereka tak mampu melihat lagi.“ Bersama kekurangan ada kelebihan”, ujar Basuki.
Salah satu kegiatan yang mereka lakukan ialah melalui sebuah radio, yaitu Radio SAMA FM. Resmi didirikan pada 17 Oktober 2010, SAMA FM bertujuan sebagai sarana bagi rekan-rekan sahabat untuk belajar berinteraksi dan berkomunikasi. Selain acara musik, SAMA FM juga memiliki program sharing bersama sekolah-sekolah, diskusi interaktif, dan konsultasi kesehatan. Bahkan mereka juga mempunyai program khusus bagi masyarakat sekitar yang ingin menyiarkan secara langsung acara atau hajatan yang sedang mereka gelar. Radio ini juga mempunyai seorang penyiar dan music director sendiri bernama Shofyan Alaidrus, yang juga seorang tunanetra.
Selain mengelola radio, mereka juga belajar mengoperasikan komputer, membaca huruf braile, latihan memijat, dan membaca Al Qur’ an braile. Untuk menunjang kegiatan tersebut, mereka telah memiliki komputer berbicara, buku digital, dan Al Qur’ an braile. Saat ini mereka juga belajar fotografi bersama Unit Kegiatan Mahasiswa bidang fotografi Univeritas Diponegoro. Program fotografi untuk tunanetra tersebut bahkan pernah menampilkan hasil karyanya di sebuah pameran foto. Hal ini membuktikan bahwa mereka pun dapat melakukan suatu hal yang selama ini hanya dilakukan oleh orang yang awas.
Selain kegiatan-kegiatan rutin tersebut, Sahabat Mata juga aktif dalam pelayanan untuk alat bantu tunanetra seperti tongkat, alat tulis, dan lain-lain.
“ Salah satu misi Sahabat Mata adalah menggalang gerakan nyata mengurangi resiko kebutaan, maka kemarin Sahabat Mata mengadakan pemeriksaan mata bagi adik-adik pelajar SD hingga SMA. Kemudian yang memang membutuhkan kaca mata dan perlu dibantu, mereka kami beri kacamata gratis”, jelas Basuki.“ Untuk tahap pertama program ini kami adakan bulan September yang lalu, dan kami berbagi sebanyak seribu kacamata”, tambahnya.
Mengenai keanggotaan, Sahabat Mata tidak menentukan persyaratan khusus. Basuki mempersilakan bagi siapa saja yang ingin belajar di Sahabat Mata. Menurutnya, saat ini jumlah sahabat yang telah belajar bersama Sahabat Mata sudah mencapai empat ratusan orang. Mereka berasal dari seluruh penjuru tanah air. Usia mereka pun beragam, dari balita hingga dewasa. Sarana pembelajarannya bermacam-macam. Ada yang datang langsung ke rumah sahabat, via telepon, ataupun pihak sahabat mata sendiri yang mengunjungi para rekan tunanetra yang ingin belajar.
Dengan hal-hal tersebut, mereka berharap Sahabat Mata dapat menginsipirasi dan memotivasi rekan tunanetra lainnya, agar mereka juga tetap berkarya dan bermanfaat bagi masyarakat.
edisi 48 | majalah dimensi
47