TER HABIS TERANG
Bagaimana mereka bertahan dalam kegelapan yang tak kunjung usai?
BILA kita biasa mendengar jargon terkenal dari RA Kartini,“ Habis gelap terbitlah terang”, lain halnya dengan kawan-kawan kita di Komunitas Sahabat Mata. Mereka yang awalnya mampu melihat dengan normal seperti kita, tiba-tiba harus menerima kenyataan bahwa mata mereka tak mampu lagi menangkap cahaya. Kegelapan pun menyertai mereka setiap waktu.
Komunitas yang beranggotakan penderita tunanetra ini berdiri pada 1 Mei 2008. Melalui Sahabat Mata, mereka ingin tetap percaya diri dan bisa berbagi.“ Dari tunanetra, oleh tunanetra, untuk semuanya”, ujar Basuki selaku pendiri Yayasan.
Basuki juga seorang tunanetra. Pada usia ke-30 ia nyaris depresi karena kehilangan kemampuan melihatnya. Bahkan mantan sales buku ini sempat syok dan terlalu enggan untuk bertemu dengan sahabat dan koleganya sendiri.
Namun masa tersebut tidak berlangsung lama. Berkat dukungan istri dan anaknya, ia mampu bangkit dari keterpurukan. Dari kegemarannya mendengarkan radio, ia mulai berani kembali berinteraksi dengan orang lain. Hingga akhirnya pada tahun 2007 ia bergabung dengan sebuah komunitas yang kemudian terbentuklah Yayasan Sahabat Mata. Ia ingin para rekan-rekan tunanetra tidak hanya berdiam diri. Basuki ingin mereka tetap percaya diri, berkarya, dan bermanfaat untuk banyak orang.
Foto: Dian Adi Pratama
46 majalah dimensi | edisi 48