siswa SD Jabungan untuk tidak mempunyai banyak anak agar tak kesulitan membiayainya.
“ Kalau bisa ya anaknya udah, dua aja, biar bisa keurus semua, bisa sekolah semua nanti”, tutur Musyariah sembari tersenyum.
Setelah mendatangi rumah Iwan, kami melanjukan perjalanan ke kediaman warga Jabungan lainnya. Kami berkesempatan untuk bertemu dengan Rustam, orang tua dari Lisa Indriani, seorang anak berprestasi dari SD Negeri Jabungan. Lisa pernah meraih prestasi sebagai juara III OSN tingkat Kecamatan Banyumanik.
Senada dengan Musyariah, Rustam pun akan berusaha untuk menyekolahkan anak-anaknya setinggi-tingginya, apalagi kedua anak Rustam adalah anak berprestasi di sekolahnya.
Musyariah dan Rustam adalah potret penduduk Jabungan yang masih memiliki harapan dari pendidikan anak-anaknya. Di tengah keterbatasan akan kondisi ekonomi mereka, mereka tetap berusaha untuk menyekolahkan anakanaknya. Masalah ekonomi memang telah menjadi penghalang besar bagi penduduk Jabungan untuk dapat mengakses pendidikan.
Data monografi Kelurahan Jabungan periode Juni-Desember 2012 menunjukkan bahwa jumlah penduduk Jabungan adalah sebanyak 3177 jiwa, tersebar dalam 943 kepala keluarga. Menurut data ini, mata pencaharian penduduk di Jabungan terdiri dari petani sebanyak 274 jiwa, buruh tani sebanyak 274 jiwa, pengusaha sebanyak 245 jiwa, buruh industri sebanyak 628 jiwa, pedagang sebanyak 20 jiwa, jasa pengangkutan sebanyak 28 jiwa, pegawai negeri sebanyak 33 jiwa dan pensiunan sebesar 218 jiwa. wilayah perkotaan, apalagi Banyumanik menjadi sentra mahasiswa dengan hadirnya beberapa perguruan tinggi di dalamnya.
Hal ini dibenarkan oleh Edris, kepala Kelurahan Jabungan. Ia berpendapat bahwa kendala kurang majunya pendidikan di Jabungan adalah masalah ekonomi dan pemikiran masyarakatnya yang kebanyakan masih primitif. Edris dan staf-stafnya mengaku sedang berusaha untuk mendidik warganya lewat berbagai pelatihan dan program pengembangan masyarakat.
Melihat fakta seperti ini, Nana Storada, Sekretaris Dinas Pendidikan Kota Semarang menyatakan bahwa Dinas Pendidikan akan melakukan pembinaan karakter ke siswa bahwa sekolah itu penting melalui berbagai mata pelajaran yang diajarkan ke sekolah. Selain itu Dinas Pendidikan akan terbuka sekali untuk memberi fasilitas atau biaya bagi mereka yang membutuhkan asal menyampaikannya kepada Dinas Pendidikan.“ Jangan takut biaya, ada beasiswa,” ungkapnya.
Masalah mata pencaharian dan pendidikan di Jabungan sangat berkaitan. Mata pencaharian yang tidak mendukung menyebabkan kesulitan untuk menjangkau pendidikan. Begitu pun sebaliknya, dengan tingkat pendidikan rendah, masyarakat tidak mampu mendapatkan mata pencaharian yang layak.
Masalah pendidikan adalah hal yang kompleks. Perhatian dari berbagai pihak sangat diperlukan demi terwujudnya sinergi pendidikan dengan pembangunan, mulai dari diri sendiri, orang tua, guru, lembaga pendidikan dan masyarakat itu sendiri. Kalau bukan kita, siapa lagi?
Dengan jumlah penduduk seperti di atas, Jabungan hanya memiliki 2 gedung kelompok bermain, 1 gedung Taman Kanak-Kanak, serta 1 gedung Sekolah Dasar dan 1 gedung Madrasah Ibtidaiyah.
Dapat disimpulkan bahwa mata pencaharian di Jabungan didominasi oleh buruh yang rata-rata berpendapatan rendah. Sambari, salah satu staf kelurahan Jabungan menyatakan bahwa 75 % penduduk Jabungan berstatus miskin.
Orientasi pendudukan Jabungan menurut Sambari adalah segera bekerja secepat mungkin. Tak heran jika jumlah penduduk yang melanjutkan pendidikan semakin mengerucut. Keadaan ini sungguh disayangkan mengingat Jabungan masuk ke dalam
Kepala Kelurahan Jabungan edisi 48 | majalah dimensi
45