FORMAL
Homeschooling tidak dapat diartikan hanya sebagai “belajar di rumah”
akademisnya saja,” ungkapnya. Ia menambahkan, kecerdasan yang dimiliki setiap orang tidaklah sama. Ada yang memiliki kecerdasan hanya pada satu bidang saja atau pada beberapa bidang. “Ada juga anak yang cerdas dalam berbicara tetapi tidak cerdas dalam logika. Hal tersebut yang menjadi konsentrasi dalam pendidikan homeschooling,” kata M Iqbal. Albert Einstein, seorang ilmuwan terkemuka kelahiran Jerman, menggunakan sistem pendidikan homeschooling. Einstein adalah pengidap penyakit disleksia, suatu kelainan pada otak yang menyebabkan ia lambat dalam menyerap pelajaran. Einstein dianggap gagal mengikuti pelajaran terutama matematika. Itu sebab ia disekolahkan di rumah. Dalam homeschooling, anak yang memiliki kecerdasan pada suatu bidang tertentu akan lebih difokuskan jenis pendidikannya ke bidang tersebut dengan tidak melewatkan pemberian materi lainnya. Otomatis penyerapan materi yang sesuai dengan kesukaan dan bidangnya akan lebih maksimal. Waktu pembelajarannya juga fleksibel. Tidak menuntut anak harus mengikuti jadwal pendidikan seperti pada pendidikan formal. Dengan kata lain, sistem pendidikan homeschooling bisa membuat seseorang lebih fokus pada hal yang mereka ingin pelajari dan sukai. Siswa Homeschooling Sulit Bersosialisasi? Satu pertanyaan timbul mengenai cara bersosialisasi mereka yang mengikuti homeschooling. Ada anggapan bahwa mereka akan mengalami kesusahan karena tidak terbiasa berkomunikasi dengan dunia di luar rumah.
Fahrunnisa Laila, seorang mahasiswa yang selama ini mengikuti sistem pendidikan formal berpendapat bahwa ada kemungkinan siswa homeschooling akan sulit bersosialisasi. “Mereka juga nggak tahu pasti soal pendidikan di sekolah formal yang pakai seragam, punya teman banyak. Jadi ya kurang bisa bersosialisasi,” tuturnya. Anggapan itu ditepis oleh Titi Purwati Ruth Handayani, salah seorang siswa homeshooling. Baginya, ruang lingkup bersosialisasi tidak hanya dalam kalangan sekolah saja. “Saya tidak mengalami kesulitan dalam bersosialisasi karena saya juga tetap bergaul dengan tetangga atau teman-teman gereja,” ungkap Titi. Menurut Titi, pada dasarnya bersosialisasi tidak terpatok oleh sebuah sarana tempat tertentu. “Dimanapun kita berada disitulah kita dapat bersosialisasi dengan lingkungan,” tambahnya. []
edisi 49 | majalah dimensi
69