MAJALAH DIMENSI | Page 13

LAPORAN UTAMA Kemana Kini Gerakan BEM UI menyatakan bahwa pergerakan mahasiswa saat ini dinilai terlalu bergeser dengan mengandalkan perkembangan teknologi. Sehingga dia menilai timbul kemalasan untuk melakukan kegiatan yang bersifat nyata seperti diskusi, apalagi turun ke jalan. Adalah Aksi, label pergerakan mahasiswa yang diawali dengan peninjauan dan pemantapan sebelum turun kejalan. Edi Kuncoro selaku Komisaris Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial Politik (FISIP) Universitas Diponegoro menjelaskan bawa mahasisiwa saat ini sudah bergeser kulturnya, dari kaum intelektual yang dulunya aktif berdiskusi mebicarakan isu-isu nasional yang bertranformasi menjadi kaum pelajar biasa yang lebih sukan mencari kesenangan dan hiburan semata. “Dulu zaman saya diskusi, kumpul di kucingan (angkringan) itu masih nyaman, tapi sekarang hal – hal yang bersifat hedon seperti karaoke lebih nyaman bagi mereka.” Pergerakan mahasiswa mulai menurun dari tahun 2013, walaupun masih ada tapi hanya untuk mengamankan diri mereka sendiri seperti mencari teman. Organisasi mahasiswa yang bercorak pergerakan mulai jarang peminat, bahkan banyak di antaranya yang mulai kehilangan pengaruh dan eksistensinya di kalangan mahasiswa. Contoh pada saat pemerintah mencabut subsidi bahan bakar Mengarah ? minyak (BBM), mereka tidak sadar karena harga minyak dunia turun. Tapi pada saat minyak dunia naik baru koar–koar. Fenoma seperti ini akan terus berlanjut, tanpa adanya campur tangan pergerakan generasi mudanya. Hal itu juga diperparah dengan romantisme mahasiswa yang terlalu mengagung-agungkan pencapaian yang pernah mereka lakukan di masa lalu. Jamaluddin, salah satu pegiat gerakan mahasiswa di Universitas Mulawarman menulis dalam esainya di Media Mahasiswa, bahwa mahasiswa Indonesia saat ini terlalu mengagung-agungkan gerakan mahasiswa pada masa lalu dengan menyebutnya secara heroik. Namun menurutnya, perilaku ini justru menjatuhkan gerakan mahasiswa pada romantisme masa lalu dan terjebak dalam mitos-mitos konyol yang banyak menyebutkan bahwa mahasiswa sebagai satu-satunya motor gerakan perubahan sosial. Pengagungan membabi-buta akan gerakan mahasiswa ketika itu, dalam pengamatan Jamaluddin, justru hanya akan berakhir pada rasa bangga saja dan semakin mengokohkan mitos-mitos yang ada. Dan yang paling menusuk adalah tak mengubah keadaan sedikit pun. DIMENSI | 13