MAJALAH DIMENSI | Page 12

LAPORAN UTAMA : a w s i s a h a an M k a r e g Per ara ofur Ab Oleh: Gh H ampir enam bulan berlalu di tahun 2015 ketika artikel ini ditulis. Ketika kisruh di dalam internal partai menjadi warna baru dalam carut marut perjalanan sosial politik negeri ini. Seakan tidak mau kalah, dua lembaga penegak hukum Republik Indonesia juga kembali mementaskan teater “Cicak VS Buaya”, setelah dua tahun berlalu sejak pementasan terakhir . Walaupun sudah lebih dari 150 hari pementasan di panggung politik berlangsung yang diwarnai dengan aspek lama berupa hegemoni partai dan tokoh politik dan aspek baru dimana banyak tokoh-tokoh muda baru muncul dan memegang tongkat estafet kepemimpinan. Perjalanan politik masih saja terasa kurang bila diperhatikan. Bising suara di pementasan panggung politik seperti kehilangan salah satu tokoh tritagonis yang harusnya siap mengawal, memantau dan tidak segan-segan untuk bertindak mengubah arah cerita. Enam belas tahun sudah berlalu sejak pergerakan besar pemuda mengakhiri 32 tahun cengkraman rezim Orde Baru di Bumi Pertiwi. Walaupun dengan tekanan yang tinggi dari pihak pemerintah melalui militer, mahasiswa sebagai motor utama pergerakan pemuda di masa itu tetap berani dan lantang menyuarakan kepentingan rakyat. Peristiwa Malapetaka Limabelas Januari (Malari) di tahun 1974 adalah salah satu bentuk ketidakpuasan 12 | DIMENSI gg : Adhi An | Desain z ii z A l du mahasiswa terhadap kebijakan kerjasama pemerintah dengan pihak asing. Pada masa itu, mahasiswa menilai kerjasama tersebut tidak memihak pada kepentingan rakyat. Terlepas dari kontroversi kerusuhan yang melanda Jakarta akibat peristiwa tersebut, Malari adalah gerakan kritis pertama yang berhasil menggoyang pemerintahan Presiden Soeharto yang dilakukan oleh mahasiswa. Setelah peristiwa Malari yang menimbulkan kerugian besar itu, Presiden Soeharto akhirnya memberhentikan Soemitro dari jabatannya sebagai Panglima Kopkamtib dan jabatan asisten pribadi presiden pada masa itu dibubarkan. Maka sedikit banyak, Malari berhasil mengubah sesuatu. Gerakan Mahasiswa Kini Pemuda yang dulunya selalu menjadi katalisator perubahan, kini tidak terlalu terlihat perannya. Tokoh yang tergabung dalam kaum intelektual sebelum kemerdekaan, dan menjelma menjadi mahasiswa sedari era orde lama hingga reformasi seperti semakin redup suaranya ditengah riuhnya pementasan. Entah karena waktu yang memang belum tepat atau karena pergeseran pola pikir. Generasi muda yang dulu pernah menurunkan pemerintahan Orde Baru dengan penuh keberanian turun ke jalan, kini seperti enggan bergerak tetapi juga tidak bisa digambarkan diam. Dicky Dwi Ananta dari Pusat Kajian dan Studi