LAPORAN UTAMA
:
a
w
s
i
s
a
h
a
an M
k
a
r
e
g
Per
ara
ofur Ab
Oleh: Gh
H
ampir enam bulan berlalu di tahun 2015
ketika artikel ini ditulis. Ketika kisruh di
dalam internal partai menjadi warna baru
dalam carut marut perjalanan sosial politik
negeri ini. Seakan tidak mau kalah, dua lembaga
penegak hukum Republik Indonesia juga kembali
mementaskan teater “Cicak VS Buaya”, setelah dua
tahun berlalu sejak pementasan terakhir .
Walaupun sudah lebih dari 150 hari pementasan
di panggung politik berlangsung yang diwarnai
dengan aspek lama berupa hegemoni partai dan tokoh
politik dan aspek baru dimana banyak tokoh-tokoh
muda baru muncul dan memegang tongkat estafet
kepemimpinan. Perjalanan politik masih saja terasa
kurang bila diperhatikan. Bising suara di pementasan
panggung politik seperti kehilangan salah satu tokoh
tritagonis yang harusnya siap mengawal, memantau
dan tidak segan-segan untuk bertindak mengubah
arah cerita.
Enam belas tahun sudah berlalu sejak pergerakan
besar pemuda mengakhiri 32 tahun cengkraman
rezim Orde Baru di Bumi Pertiwi. Walaupun dengan
tekanan yang tinggi dari pihak pemerintah melalui
militer, mahasiswa sebagai motor utama pergerakan
pemuda di masa itu tetap berani dan lantang
menyuarakan kepentingan rakyat.
Peristiwa Malapetaka Limabelas Januari (Malari) di
tahun 1974 adalah salah satu bentuk ketidakpuasan
12 | DIMENSI
gg
: Adhi An
| Desain
z
ii
z
A
l
du
mahasiswa terhadap kebijakan kerjasama pemerintah
dengan pihak asing. Pada masa itu, mahasiswa
menilai kerjasama tersebut tidak memihak pada
kepentingan rakyat. Terlepas dari kontroversi
kerusuhan yang melanda Jakarta akibat peristiwa
tersebut, Malari adalah gerakan kritis pertama
yang berhasil menggoyang pemerintahan Presiden
Soeharto yang dilakukan oleh mahasiswa.
Setelah peristiwa Malari yang menimbulkan
kerugian besar itu, Presiden Soeharto akhirnya
memberhentikan Soemitro dari jabatannya sebagai
Panglima Kopkamtib dan jabatan asisten pribadi
presiden pada masa itu dibubarkan. Maka sedikit
banyak, Malari berhasil mengubah sesuatu.
Gerakan Mahasiswa Kini
Pemuda yang dulunya selalu menjadi katalisator
perubahan, kini tidak terlalu terlihat perannya. Tokoh
yang tergabung dalam kaum intelektual sebelum
kemerdekaan, dan menjelma menjadi mahasiswa
sedari era orde lama hingga reformasi seperti semakin
redup suaranya ditengah riuhnya pementasan.
Entah karena waktu yang memang belum tepat atau
karena pergeseran pola pikir. Generasi muda yang
dulu pernah menurunkan pemerintahan Orde Baru
dengan penuh keberanian turun ke jalan, kini seperti
enggan bergerak tetapi juga tidak bisa digambarkan
diam. Dicky Dwi Ananta dari Pusat Kajian dan Studi