Majalah Cakrawala Edisi 425 Tahun 2015 25 | Seite 15

“Kita ini memang seperti bonek, namun tetap mengutamakan faktor keselamatan. Tapi kalau tidak jadi bonek justru tidak ada hasilnya karena tidak ada yang berani turun. Dan aturannya memang seperti demikian. Saat itu gelombang 3-4 meter dan kami tetap harus meloncat turun,” kata Pelda Boflen Sirait, penyelam dari Batalion Intai Amfibi (Taifib) Pasukan Marinir (Pasmar) 2 Jakarta bersama empat sejawatnya masing-masing Lettu Laut (P) Aang Zaenal Mutaqin dari Dislambair, Serma Oo Sudarna (Taifib) dan Kopda Edy Susanto dari Dislambair dalam obrolan dengan Redaksi Cakrawala. Tidak hanya gelombang yang tinggi dan arus bawah laut yang kencang. Suasana alam pun berubah sangat cepat seperti tidak mendukung mereka untuk turun. Seringkali yang tampak hanya gulungan kumpulan awan kumulonimbus yang tiba-tiba datang disertai hujan lebat dan cuaca langsung gelap. Dalam kondisi ekstrem seperti itu, mestinya nyali pun terasa ciut. Hanya penyelam-penyelam bonek yang berani menantang bahkan turun ke laut menjalankan tugas mencari tandatanda jasad korban Air Asia atau bangkai pesawat terbang berdasarkan petunjuk sonar yang sebelumnya mengarah titik itu. Para penyelam datang tidak hanya dari TNI AL tetapi juga dari berbagai negara dalam satu kapal termasuk penyelam Basarnas dan POSSI. Ada sekitar 80 penyelam yang tergabung dalam Tim SAR ini. Dalam menjalankan tugasnya mereka terbagi dalam beberapa tim kecil yang masing-masing terdiri dari 3-4 orang. Umumnya saat menjalankan misi ini mereka semua tetap mengacu pada SOP dan tidak turun dalam kondisi tersebut. Seperti penyelam dari Rusia yang turut serta di kapal Geo Survey, t