Majalah Cakrawala Edisi 425 Tahun 2015 25 | Page 10
wawancara
10
KRI Banda Aceh-593
Kapal Markas
dalam Operasi SAR Air Asia QZ-8501
TUGAS pokok TNI tidak sebatas berperang
untuk menjaga kedaulatan negara dari berbagai
ancaman. Menurut pasal 7 ayat (2) UU Nomor
34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional
Indonesia, tugas TNI selain Operasi Militer
untuk Perang (OMP), juga melaksanakan
Operasi Militer Selain Perang (OMSP) yaitu
membantu menanggulangi akibat bencana
alam, pengungsian dan pemberian bantuan
kemanusiaan. Selain itu tugas TNI adalah
membantu pencarian dan pertolongan dalam
kecelakaan (Search and Rescue).
Berdasarkan ketentuan itulah maka anggota
TNI, khususnya TNI Angkatan Laut berada
dalam tim pencari korban kecelakaan Air Asia
di wilayah perairan Selat Karimata, Kalimantan
Letkol Laut (P) Arief Budiman
Tengah. TNI AL terlibat dari awal hingga
Komandan KRI Banda Aceh-593
akhir pencarian korban kecelakaan pesawat itu.
Setidaknya ada 17 kapal perang (KRI) terlibat
dalam misi kemanusiaan tersebut dan KRI Banda Aceh-593 merupakan satu dari kapal-kapal yang terlibat langsung
dalam pencarian pesawat maupun korban kecelakaan sebagai kapal markas.
Pada edisi ini, Cakrawala menampilkan hasil wawancara
dengan Komandan KRI BAC-593 Letkol Laut (P) Arief
Budiman, yang terlibat langsung dalam kegiatan itu dari
awal hingga akhir. Berikut, hasil wawancara dengan
Komandan KRI BAC-593:
Suasana atau situasi seperti apa yang Komandan
alami saat berada dilokasi SAR Air Asia?
Yang kita alami adalah kondisi cuaca yang cukup
ekstrim, di mana perubahan cuaca begitu cepat dari
langit cerah menjadi gelap dengan gumpalan awan hitam,
curah hujan yang cukup tinggi/deras disertai petir dan
angin kencang dengan kecepatan 20-50 knots. Tinggi
gelombang 1-6 meter, arus bawah permukaan 0.05-3.00
knots serta jarak pandang yang terbatas.
Suasana haru juga terjadi pada saat ditemukannya
beberapa serpihan pesawat dan jenazah korban. Kita tidak
bisa membayangkan bagaimana dahsyatnya saat pesawat
jatuh di laut.
Apa kendala/kesulitan dalam operasi, mulai dari
pencarian hingga pengangkatan bangkai pesawat?
Kendala kita paling utama adalah kondisi cuaca
saat itu di daerah operasi seperti yang sudah dijelaskan
sebelumnya. Para tim penyelam gabungan yang berada
di KRI BAC-593 efektif bisa melaksanakan kegiatan
penyelaman mulai selesai sholat subuh. Pukul 04.00
mereka sudah makan pagi, pukul 05.00 di mana langit
masih gelap mulai menurunkan sekoci karet dan beberapa
peralatan selam, pukul 05.28 tim sudah mulai masuk ke
bawah permukaan air untuk mengeksekusi hasil deteksi
dari kapal-kapal yang memiliki alat deteksi bawah air,
selanjutnya melaksanakan pencarian korban, puing-puing
pesawat serta black box yang terdiri dari 2 bagian yaitu
Flight Data Recorder (FDR) dan Cockpit Voice Recorder
(CVR). Maksimal mereka bisa melaksanakan kegiatan
penyelaman sampai dengan pukul 10.00. Semakin siang
arus bawah permukaan semakin kuat dan kencang, jika
berpegangan pada tali jalan atau bangkai pesawat yang