Koleksi Buku Karangan AUG 2014 | Page 47

“Irfan, ayah tinggalkan kamu dengan Allah. Allah itu hidup dan tidak akan mati. Allah itu tidak pula memungkiri janji, ingat pesan ayah ini, Irfan. Ikut perintah Allah, Allah akan menjaga kamu. Mintalah kepada Allah, Dia sentiasa ada untuk menolong kamu. Ayah tidak kisah apa pun yang hendak kamu lakukan untuk kehidupan kamu, asalkan kamu menjadi hamba-Nya yang diredai.” Suara Pak Kassim semakin perlahan dan tersekat-sekat. Namun, suara itu cukup jelas pada pendengaran Irfan. Terjawab semua persoalan yang sedang berlegar di fikirannya. “Irfan ingat, ayah. Irfan ingat!” itulah pesanan ayahnya berulang kali, semenjak dia masih kecil. Di hujung hayatnya pun, ayahnya masih berpesan akan perkara ini. Pak Kassim tersenyum sambil menahan kesakitan. Dia memandang ke atas. Rasa sakit yang menjalar di seluruh urat nadinya terasa tidak tertanggung lagi. Bisa ular tedung sudah menjalar hingga ke jantung. Dadanya terasa semakin sesak. “Kalau... kalau...kamu benar-benar jaga apa yang ayah pesan, ayah boleh pergi dengan tenang...” Tangan Pak Kassim terlepas dari kepala Irfan. Irfan mengangkat wajahnya. Mata ayahnya sudah terpejam. Bibir ayahnya kelihatan tergerak-gerak mengucapkan kalimah syahadah. Irfan turut mengucapkan kalimah itu seiringan ditelinga ayahnya. Dan ayahnya terkulai layu. Irfan senyap. Apa yang berlaku di hadapannya seperti suatu mimpi buruk. Jantungnya terasa direntap kuat. Akhirnya, air mata sahaja yang mengalir untuk menenangkan. Ini ujian Allah. Itulah yang berulang kali dia bisikkan di dalam hatinya. Di tengah-tengah kawasan lapang yang sepi, di hadapan kebun tempat menyara sebuah kehidupan, ayahnya berpulang. Pulang ke pangkuan-Nya dengan meninggalkan pesan yang digenggam kejap oleh Irfan. 47