Kalibrasi Physics Magazine Edisi 1 | Juni 2013 | Page 19

19
akan berdampak pada mekanika bumi, dan ujung-ujungnya filsafat agama. Copernicus tidak ambil pusing pada dampak seperti itu. Ia melulu peduli pada fakta ilmiah yang dapat menerangkan prinsip tata surya yang ada. Mula-mula Copernicus mengkritik sistem Ptolemeus karena tetap belum cocok 100 % dengan langit walaupun sudah dijejali sebegitu banyak bola tambahan. Ia kemudian juga mengungkapkan bahwa dari sekian banyak sistem kosmologi, tidak satu pun yang lebih unggul. Sistem yang ditawarkan oleh Copernicus tidak begitu jauh menyimpang dari sistem Yunani kuno. Posisi bumi ia ganti dengan Matahari – gagasan yang ia pinjam dari Aristarchus. Dengan demikian tidak perlu lagi memasang satu episiklus besar untuk setiap planet. Hal ini sudah disadari Aristarchus pada abad ke-4 SM. Copernicus juga menolak memakai alat ekuant yang kita singgung di atas, karena putaran yang tidak seragam sangat kurang indah, dan kurang cocok dengan kesempurnaan yang diciptakan Tuhan. Selebihnya, Copernicus tetap percaya pada kehadiran bola-bola kristal. Bola itu masih tetap bulat sempurna dan ia pun terpaksa membela semua eksentrik dan episiklus kecil Ptolemeus. Oleh karena itu jumlah lingkaran dalam sistem Copernicus tidak jauh berbeda dari sistem Ptolemeus. Lebih daripada itu, sistem Copernicus tidak jauh lebih akurat daripada sistem Ptolemeus. Rupanya Copernicus masih memakai data yang dikumpulkan oleh Cendikiawan Yunani 13 abad sebelumnya. Setelah disalin sekian kali oleh penyalin yang tidak paham isinya, data ini juga banyak yang rusak. Kekuatan utama sistem Copernicus adalah bahwa gerakan planet dapat diterangkan secara lebih ekonomis serta lebih indah. Planet tidak kembali ke tempat asalnya di antara bintang-bintang dalam waktu yang
Buku“ De Revolutionibus Orbium Caelestium” karya Nicolaus Copernicus yang terbit pada tahun 1543 sebagai tulisan yang bersifat teknis.
JUNI 2013 | KALIBRASI |

19