Kalibrasi Physics Magazine Edisi 1 | Juni 2013 | Page 20

20 | KALIBRASI | JUNI 2013
selalu sama lantaran tempat pengamat di Bumi bergeser. Retrogresi dan perubahan kecerahan planet jadi mudah dipahami.
Bumi berada di orbit lebih dalam sehingga bergerak lebih cepat( sesuai dengan Hukum Keppler III). Oleh karena itu pada suatu hari Bumi“ mendahului” Mars. Pada masa itu, pengamat di bumi melihat Mars“ mundur” terhadap latar belakang bintang.
Sistem yang lama sebenarnya dapat menjelaskan semua itu dengan susah-payah. Pada hakikatnya, kekuatan sistem Copernicus lebih pada estetika bukan kekuatan pragmatis. Orang yang menghargai keindahan dan kesederhanaan kiranya lebih menghargai sistem Copernicus. Adapun orang yang mencari satu sistem yang lebih akurat tidak akan tertarik – apalagi mengingat bahwa untuk menerimanya mereka harus membuang wawasan yang sudah berurat-berakar berabad-abad.
Copernicus, seperti halnya Ptolemeus, memang hanya memikirkan kinematika, yakni sistem gerakan benda-benda langit. Dari segi kinematika, sistem Copernicus tidak jauh berbeda dengan sistem Ptolemeus, karena hanya melibatkan perpindahan batu penjuru Bumi ke Matahari. Keuntungan besar sistem Copernicus dibanding Ptolemeus baru dipetik kelak di kemudian hari, ketika ilmu mulai memikirkan gaya-gaya yang menyebabkan gerakan benda langit. Sistem heliosentrik adalah kerangka lembam, di mana hukum-hukum dinamika Newton masih berlaku. Sementara sistem geosentris bukan kerangka lembam.
Kita sudah melihat bahwa dari sisi kinematika, gagasan Copernicus tidak terlalu radikal bagi ilmu. Sebaliknya, gagasan itu kemudian berdampak radikal bagi pandangan agama masa itu.

20 | KALIBRASI | JUNI 2013