dengan menjatuhkan vonis yang
benar-benar memberikan efek
jera, dan kemudian pelaksanaan
hukumannya harus tuntas
tanpa resmisi karena korupsi
adalah kejahatan luar biasa,”
kata Koordinator GAK yang juga
alumni Fakultas Hukum UI Rudy
Johannes. Para pegiat GAK
yang hadir tampak mengenakan
ikat kepala warna merah yang
bergambar telapak tangan.
Mereka juga mengenakan sarung
tangan merah pada salah satu
tangannya yang merupakan
simbol penolakan korupsi.
Dalam acara tersebut, alumni
sejumlah perguruan tinggi itu
juga mendeklarasikan empat
poin yang mendasari visi serta
misi GAK.
Poin pertama, pegiat GAK
menyatakan bahwa korupsi
menghambat pencapaian
tujuan nasional sehingga
harus dilawan seluruh elemen
bangsa. Kedua, pencegahan
dan penindakan kourpsi tidak
dapat dipisahkan dari tindak
pidana pencucian uang hasil
korupsi. Ketiga, kejujuran,
integritas, dan transparansi
Mereka ketika itu
mendukung penyelamatan
KPK, refwormasi polri,
dan meminta upaya
kriminalisasi terhadap
pimpinan KPK dihentikan.
dalam kehidupan sehari-hari
harus dimulai dari keluarga, serta
harus ditunjung tinggi sebaagai
basis penanggulangan korupsi,
terutama korupsi yang dilakukan
para pemimpin negeri. Poin
keempat, pegiat GAK menyatakan
bahwa persyaratan efektivitas
penanggulangan korupsi adalah
kuatnya Trisula, yakni Polri,
Kejaksaan dan KPK yang bersih
dari korupsi.
Penguatan Trisula tersebut
juga harus didukung dengan
penguatan lembaga lainnya,
termasuk lembaga peradilan
serta disertai dengan
pelaksanaan hukum yang
memberikan efek jera. Betty
Alisjahbana yang juga menjadi
bagian GAK menuturkan
bahwa gerakan itu berawal
dari spontanitas alumni dan
mahasiswa perguruan tinggi
yang pernah berkumpul di
Gedung KPK untuk memberikan
dukungan kepada pimpinan KPK
pada 18 Februari lalu.
Ketika itu, hadir sejumlah
perwakilan perguruan tinggi, di
antaranya UI, Institut Teknologi
Bandung, Institut Pertanian
Bogor, Universitas Gadjah Mada,
Universitas Padjadjaran, Institut
Teknologi Sepuluh November,
dan UPN Veteran.
Mereka ketika itu mendukung
penyelamatan KPK, refwormasi
polri, dan meminta upaya
kriminalisasi terhadap
pimpinan KPK dih entikan. “Kita
menyatakan keprihatinan ketika
salah satu komisioner KPK
dikiriminalkan.
Sejak itu kegiatan kita bergulir,
banyak bersamaan, banyak
teman, salah satunya deklarasi
di Bandung,” kata Betty. Aksi
GAK terus berlanjut, termasuk
melakukan pertemuan dengan
pimpinan KPK. Pegiat GAK
juga mengaku turut mengawal
pembentukan Pansel KPK
dengan mengajukan sejumlah
nama dalam pertemuannya
dengan Presiden Joko Widodo
pada 25 Mei lalu. Kegiatan terus
dilakukan dalam bentuk kajian
akan korupsi di tanah air, diskusi,
serta aksi lainnya.
Penulis : Icha Rastika