OPINION
Mampukah paket kebijakan
ini mengangkat nilai tukar
Rupiah?
Beberapa kalangan memberikan
response pro dan kontra terkait
kebijakan pemerintah ini. Kalangan
yang
mengkritisi
bahwa
ini
menyatakan
kebijakan
nampak
pemerintah
sulit
terealisasi
dalam jangka pendek, karena
dalam
proses
pelaksanaannya
membutuhkan waktu yang lama
untuk bisa dibuktikan, misalnya
kebijakan
bea
masuk
anti-
dumping. Sementara nilai tukar
Rupiah makin hari makin merosot,
sehingga
kebijakan
ini
bisa
menyelesaikan masalah dalam
jangka pendek. Kalangan lain
juga menyebutkan bahwa paket
kebijakan
ekonomi
pemerintah
untuk penguatan kurs ini bukanlah
langkah yang bersifat terobosan.
Sifat dari paket kebijakan ini adalah
Berdasarkan data yang diterbitkan di majalah The Economist
edisi cetak 18 April 2015 dalam kolom Economic and financial indicator
menunjukkan bahwa anjloknya Rupiah terhadap dollar AS berkisar
-12.67%. Jika dibandingkan dengan Malaysia -12.92%, Australia
parsial, sektoral, dan terlalu jangka
-21.50%, Jepang -16.67%, Euro -30.56%, atau bahkan Brazil yang
panjang. Sementara untuk saat ini
mencapai -35.87%. Gambaran ini menunjukkan bahwa perekonomian
lebih diperlukan langkah-langkah
di Indonesia saat ini tidak lah lebih buruk dibanding negara-negara lain.
yang lebih bersifat jangka pendek.
Kondisi yang lebih baik ini juga di dukung oleh kondisi sosial politik di
Apalagi besar kemungkinan Bank
Indonesia yang masih aman dan terkendali dimana pemerintahan saat
Sentral Amerika (The FED) akan
menaikkan suku bunga acuannya
dalam waktu dekat, beberapa
bulan lagi. Jika karena langkah
ini tidak mengalami gejolak politik dan ekonomi yang membahayakan
sebagaimana pernah terjadi pada waktu negara Indonesia mengalami
krisis di tahun 2008, dimana nilai tukar Rupiah sempat me