GREAT LEADER
Mengukir Karakter
Anak Bangsa Sejak Usia Dini
Ratna Megawangi, Pelopor Pendidikan Holistik Berbasis Karakter
‘Karakter adalah nasib. Karakter akan membentuk nasib seseorang,
begitupun nasib keseluruhan masyarakat. Namun karakter yang baik
tidaklah terbentuk dalam seminggu ataupun sebulan, melainkan
tertanam dalam sehari demi sehari, sedikit demi sedikit. Butuh kesabaran
dan upaya yang terus-menerus dalam mengembangkan karakter baik
yang dibutuhkan.’
Falsafah dari Heraclitus, filsuf asal Yunani
ini menjadi salah satu alasan di balik
keyakinan seorang Ratna Megawangi
pada pekerjaannya. Sang pelopor metode
Pendidikan Holistik Berbasis Karakter (PHBK)
ini tahu benar bahwa terdapat proses yang
harus dilalui untuk menjadi manusia yang
berkarakter. Suatu proses yang tidak sekadar
menghafal, tetapi lebih dari itu. Dimulai dari
‘mengetahui’ kebaikan, maka akan timbul
rasa ‘mencintai’ kebaikan, lalu munculah
dorongan kuat untuk ‘melakukan’ kebaikan
(Knowing, Loving, and Acting the Good).
Menurutnya, membentuk karakter berarti
mengukir manusia menjadi konsisten antara
pikiran, hati, dan tindakan nyata. Berangkat
dari kekhawatirannya terhadap karakter
anak bangsa pasca peristiwa kerusuhan
di tahun 1998, Ratna bersama suaminya,
Sofyan A. Djalil (saat ini Menteri ATR/BPN)
kemudian menginisiasi Yayasan Warisan
Luhur Indonesia atau lebih dikenal dengan
‘Indonesia Heritage Foundation’ (IHF). IHF
resmi didirikan pada tahun 2001.
“Kita (sebagaimana umumnya) orang-orang
Indonesia, sudah tahu nilai-nilai agama dan
moral, dimana semuanya itu baik. Orang
Indonesia sudah pasti tahu mana yang baik
dan mana yang buruk. Tapi kenapa kok
18
Vol. 4 - No. 15 | November 2019
masih melakukan hal-hal seperti penjarahan
dan pengrusakan? Pasti ada something
wrong. Kenapa sudah tahu (hal yang baik),
tapi tidak bisa melaksanakan?” ungkap
Ratna.
Sebagai pribadi yang dikenal sederhana dan
memiliki tingkat intelektualitas tinggi, Ratna
mempunyai mimpi dan idealisme besar
dalam membangun bangsa. Di Sekolah
Karakter --sekolah di bawah naungan IHF--,
lulusan pascadoktoral dari Tufts University,
Medford, Amerika Serikat ini kemudian
menerapkan metode PHBK yang bertujuan
untuk mengembangkan semua dimensi
manusia.
Titik berat dari metode PHBK ini adalah
penanaman “9 Pilar Karakter.” Konsep
ini bertujuan membentuk karakter anak
sejak usia dini, sebab karakter yang baik
akan menunjang pengembangan berbagai
dimensi kecerdasan manusia.
“Karena kalau karakternya sudah terbangun
di usia dini, hal itu tidak akan hilang. Akan
masuk ke alam bawah sadar, (karena) 90%
perilaku (manusia) itu dikendalikan oleh
alam bawah sadar. Anak-anak yang dari
kecilnya penuh kasih sayang, sekolahnya
menyenangkan, nggak stress, orang tua pun