Geo Energi edisi september indonesia 2013 | Page 25
Kernell diduga melakukan markup
penjualan LNG ke Thailand.
Inilah petaka mengerikan di saat
SKK Migas di bawah kepemimpinan
Rudi, bersama Kementerian Energi
dan Sumber Daya Mineral (ESDM)
sesumbar tengah menggenjot laju
produksi gas dan tengah berupaya
memperbesar alokasi gas domestik.
Menurut catatan Kementerian
ESDM berdasarkan kontrak gas alam,
pada tahun 2012 terjadi pergeseran
alokasi gas dari ekspor ke domestik.
Pada tahun 2011, 50,78% dari
produksi gas alam dialokasikan
untuk ekspor, sedangkan pada tahun
2012 mengalami penurunan 7,59%
menjadi 43,19%.
“Penurunan persentase ekspor
dikarenakan alokasi meningkat untuk
domestik pada tahun 2012, terutama
untuk peningkatan sektor produksi
(naik dari 4,61% menjadi 8,37%), dan
kelistrikan (naik dari 14,88% menjadi
18,02%),” kata Wakil Menteri ESDM
Susilo Siswoutomo, pada sebuah
diskusi di Jakarta, Rabu, 31 Juli 2013.
Meningkatnya persentase
tersebut, kata Susilo, sebagai
dampak dari pembangunan
FSRU di Jawa Barat (dimulai pada
kuartal kedua tahun 2012), untuk
itu LNG yang pada awalnya hanya
untuk ekspor, saat ini dapat juga
dimanfaatkan untuk kebutuhan
domestik.
Pasca penangkapan Rudi oleh
KPK, para pejabat di SKK Migas dan
Kementerian ESDM sibuk membela
diri dari tudingan maraknya suap
dan korupsi di sektor migas. Tugas
besar menata kembali industri migas
menjadi sedikit tersendat.
Seketaris SKK Migas Gde
Pradyana menyatakan, kasus
suap Rudi sedikit banyaknya
mempengaruhi industri migas. Kasus
ini, menurut Gde, cukup memberi
efek keraguan pelaku industri di
sektor hulu minyak dan gas bumi.
Gde tidak menampik selain
kendala teknis, semangat kerja
industri migas turun akibat kasus
hukum yang membelit Rudi
Rubiandini.
“Turunnya produksi minyak
Herman Darnel Ibrahim