Geo Energi edisi september indonesia 2013 | Page 26

Laporan Utama juga karena semangat kerja pelaku industri migas sedikit turun, ya biar bagaimanapun kasus tersebut (Rudi Rubiandini) ikut memukul mereka, fokus kita bagaimana membangun kembali semangat mereka,” kata Gde, Kamis, 22 Agustus 2013. Menurut Gde, kasus tersebut turut mempengaruhi produksi migas. “Produksi minyak saat ini turun, saat ini rata-rata mencapai 829.000 barel per hari. Bahkan kemarin turun hanya 819.000 barel per hari, padahal target APBN sebesar 840.000 barel per hari,” ujar Gde. Turunnya produksi minyak ini, kata Gde, selain terpengaruh kasus Rudi, juga akibat beberapa proyek pengerjaan di sejumlah lapangan migas. “Seperti pengangkatan anjungan di Laut Jawa dari pihak KKKS PHE ONWJ, selain itu kasus pencurian minyak di Tempino-Plaju, itu membuat produksi minyak terus turun,” ujar Gde. Tugas pemerintah menjadi makin berat. Akibat kasus suap Rudi, konsentrasi pemerintah mulai terganggu. Padahal, berbagai persoalan di industri migas, khususnya pengelolaan dan penataan gas, terus membayang. Polemik dan silang sengkarut alokasi dan pemanfaatan gas di dalam negeri masih sangat terasa. Kalangan industri, terutama pupuk, sudah lama terus menjerit kekurangan pasokan gas. Minimnya sumber bahan bakar gas, menyebabkan rencana ekspansi terus tertunda. Bila dirunut secara historis, sejak Orde Baru, kita dininabobokkan oleh kebanggaan pemerintah yang cenderung menyesatkan. Kerap dimanfaatkan menjadi isu strategis politik dan ekonomi, pemerintah sering mengampanyekan Indonesia adalah eksportir gas terbesar di dunia. Belakangan, hal ini menjadi bumerang bagi industri di dalam negeri. Saat ini Indonesia memiliki cadangan gas alam sebesar 2.8 triliun meter kubik (97 triliun kaki kubik), yang setara dengan 1.5 persen cadangan dunia. Jumlah tersebut sebenarnya tidak terlalu besar jika dibandingkan dengan produsen gas alam yang lain. Rusia, 26 Gde Pradnyana, Sekretaris SKK Migas misalnya, memiliki cadangan gas alam sebesar 48 triliun meter kubik. Iran dan Qatar masing-masing memiliki sekitar 27 dan 26 triliun meter kubik. Namun di sinilah anomali terjadi. Selama beberapa tahun Indonesia justru tercatat sebagai eksportir gas alam terbesar di dunia. Pada tahun 2005, produksi gas alam Indonesia tercatat sebesar 75 milyar meter kubik, hampir separuhnya (36 milyar meter kubik) diekspor. Sisanya sekitar 39 milyar meter kubik digunakan untuk konsumsi dalam negeri. Sebagai perbandingan, negeri jiran Malaysia memiliki konsumsi gas alam yang hampir sama, dengan jumlah penduduk yang hanya sepersepuluh penduduk Indonesia. Pada 2011, share ekspor Indonesia terhadap total ekspor dunia mencapai 11%, atau menduduki peringkat nomor 2 negara terbesar dalam ekspor gas (BP, 2011). Walaupun share ekspor Indonesia tinggi, produksi dan cadangan gas bumi Indonesia relatif kecil. Share produksi gas Indonesia hanya sebesar 1,6% dan cadangan gas Indonesia hanya 2,6% dari cadangan gas dunia. Justru negara seperti Rusia yang memegang 23,9% produksi gas dunia hanya memegang 7% share ekspor gas dunia. Secara total, ekspor gas Indonesia mencapai 44% dari total produksi gas nasional, atau sejumlah 3433 MMSCFD. Semula, tingginya tingkat ekspor disebabkan permintaan dalam negeri yang masih sedikit, sehingga produksi gas alam diarahkan untuk pembeli luar. Saat ini Indonesia sudah terikat kontrak ekspor dengan sejumlah pembeli dari 7 negara, dan terikat kontrak pembelian gas antara tahun 2013 hingga 2029. Sehingga cukup sulit untuk renegosiasi kembali. Gas hasil produksi di dalam negeri, lebih banyak diekspor akibat adanya perbedaan antara harga jual gas di dalam negeri dan luar negeri. Rata-rata harga jual gas dalam negeri saat ini hanya sebesar US$ 6 sedangkan rata-rata harga jual luar negeri mencapai US$ 14. Gap harga yang terlalu tinggi ini menyebabkan KKKS memilih untuk menjual gas tersebut ke luar negeri. “Kalau ingin menambah alokasi pasokan gas domestik dan menurunkan ekspor gas, harga gas di dalam negeri harus dinaikkan,” kata Gde Pradnyana. Anggota Dewan Energi Nasional HARGA GAS BUMI BERDASARKAN KONTRAK NO KONSUMEN HARGA GAS (US $ /MMBTU ) 1 Industri 5,2 – 9,79 2 Pupuk 3,6 – 9,0 3 Listrik 4,0 – 15,0 4 LNG - Ekspor - Domestik 5 Ekspor Gas melalui pipa 3,5 – 15,6 11,0 6,0 – 17,0 EDISI 35 / Tahun III / SEPTEMBER 2013